Kamis, 29 AGUSTUS 2024 • 09:45 WIB

Arthur Bremer, Pelaku Penembakan Gubernur Alabama dan Curhatan Buku Hariannya yang Fenomenal

Author

Arthur Bremen

INDOZONE.ID - Ini adalah kisah tentang Arthur Bremer, seorang pria asal Milwaukee, Wisconsin, AS kelahiran 21 Agustus 1950. Ia adalah anak ketiga dari 4 bersaudara, putra pasangan William dan Sylvia Bremer.

Karena kedua orang tuanya terlalu sibuk bekerja, Arthur kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, bahkan Ia lebih sering mendapat amukan dibanding kasih sayang orang tuanya.

Walaupun Arthur adalah seorang anak yang aktif di tim olahraga sekolah, tapi nyatanya Dia adalah seorang anak yang penyendiri. Usai lulus dari South Division High School pada 1969, Arthur melanjutkan pendidikannya di Milwaukee Area Technical College jurusan fotografi, seni, karya tulis dan psikologi hanya selama satu semester saja.

Arthur pernah bekerja sebagai seorang pelayan di Milwaukee Athletic Club pada Maret 1969. Namun, Ia mendapat penurunan pangkat atau demosi hanya karena masalah sepele, yaitu bersiul dan bernyanyi selama bekerja.

Menariknya, demosi itu muncul setelah para pelanggan mengeluhkan kebiasaannya Arthur yang suka bersiul dan bernyanyi.

Baca Juga: Johnny Sembiring Disebut Sebagai Klien Terkenal yang Pernah Dibela Otto Hasibuan Selain Jessica Wongso

Dari seorang pelayan, Arthur dipindahkan sebagai tukang bersih-bersih di bagian dapur. Akan tetapi, Arthur mengaku tidak terima dengan demosi yang Ia dapat. Dan pada 16 Februari 1972, Arthur pun memutuskan untuk keluar dari tempat kerjanya.

Sebenarnya, Arthur juga memiliki beberapa kerjaan sampingan selama masih bekerja di Milwaukee Athletic Club, dimana dirinya bekerja sebagai tukang bersih-bersih alias janitor di Story Elementary School. Ia berhenti sebagai janitor pada 31 Januari 1972.

Sejak 16 Oktober 1971, Arthur sudah tidak tinggal bersama orang tuanya lagi setelah mengalami cekcok. Ia menetap di sebuah apartemen yang letaknya dekat dengan Marquette University, Milwaukee.

Baca Juga: Jepang Cari 1.000 Jasad Tentara PD II di Jayapura: Upaya Penghormatan dan Kerjasama Internasional

Baru sebulan sejak menetap di apartemen, Arthur pernah ditahan oleh Polisi karena kedapatan membawa senjata tajam dan melanggar rambu parkir.

Menariknya, pihak kepolisian sempat melakukan tes kejiwaan pada Arthur, dimana hasilnya Arthur diketahui memiliki gangguan jiwa. Walau begitu, kondisi kejiwaannya Arthur masih bisa stabil untuk melanjutkan hidupnya.

Arthur dibebaskan usai membayar denda sebesar $38,50 atau sekitar $299 menurut kurs tahun 2024. Dan di bulan berikutnya, Arthur lagi-lagi berurusan dengan hukum usai melanggar aturan setempat.

Sejak tahun 1972, Arthur sudah mulai merencanakan sejumlah aksi pembunuhan dengan target yang tidak main-main. Sebagai target utamanya, Arthur menargetkan Presiden Richard Nixon dan Gubernur Alabama saat itu, George Wallace.

Baca Juga: 3 Situs Warisan Indonesia Terancam Punah karena Perubahan Iklim dan Aktivitas Manusia

Pada langkah pertama aksi kriminalnya, Arthur membeli sebuah senjata revolver kaliber .38 bermerk Charter Arms di sebuah toko senjata di Milwaukee seharga $90 atau sekitar $677 menurut kurs 2024. Menariknya, Arthur menulis semua rencana kriminalnya dalam sebuah buku harian.

Pada 10 April 1972, Arthur berangkat dari Milwaukee ke Ottawa, Kanada usai mendengar berita soal kunjungan Presiden Nixon ke sana. Lanjut ke 3 hari setelahnya, Arthur bersiap untuk melakukan aksi penembakan terhadap Presiden Nixon.

Setelah menyiapkan penyamarannya, aksinya Arthur harus berakhir dengan kegagalan karena ketatnya pengamanan terhadap Presiden Nixon. Arthur pun menyiapkan rencana cadangannya dengan kembali ke hotel, sembari menunggu konvoi dari sang Presiden melewati hotel tempat akomodasinya.

Rencana Arthur nyaris berhasil, cuma sayangnya Ia lupa membawa pistolnya. Arthur pun bergegas kembali ke kamarnya untuk mengambil pistolnya, tapi sialnya, konvoi Presiden Nixon sudah pergi jauh dari hotel.

Usai sekitar 2 minggu berusaha, Arthur memilih untuk menyerah dari upaya pembunuhan terhadap Presiden Nixon. Kemudian, Arthur pun melanjutkan aksi kriminalnya ke target nomor 2, yaitu George Wallace.

Baca Juga: Ken & Barbie Killer, Pasutri Sadis dari Kanada

Pada 9 Mei 1972, Arthur berangkat ke Michigan untuk melakukan survei terhadap Gubernur Wallace. Kebetulan, di sana ada markas kampanye Gubernur Wallace yang rencananya akan mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat pada pemilu tahun 1972.

Selang 4 hari kemudian, Arthur sempat menghubungi Kepolisian Kalamazoo guna meneror mereka, sekaligus membongkar rencana kriminalnya kepada Gubernur Wallace. Sebenarnya, keberadaan Arthur sempat tersorot oleh kamera fotografer yang mendokumentasikan konvoi kampanye Gubernur Wallace, namun saat itu Arthur merasa kalau itu bukanlah saat yang tepat untuk melancarkan aksinya.

Sampailah ke tanggal 15 Mei 1972, di mana George Wallace melakukan kampanye di Maryland. Dalam kampanye kali ini, Wallace mengunjungi 2 mall, Wheaton Plaza dan Laurel Shopping Center. Pada kampanye pertamanya, Wallace mengisi acara di Wheaton Plaza, disusul dengan Laurel Shopping Center setelahnya.

Baca Juga: Teori Konspirasi 7 Karakter SpongeBob SquarePants Terinspirasi 7 Dosa Besar!

Dalam melancarkan aksinya, Arthur tentunya melakukan penyamaran agar aksinya ini berjalan dengan mulus. Meski sudah menyamar, Arthur malah memancing perhatian penonton dengan memuji Wallace dengan cara yang berlebihan. Bahkan Ia sampai dilempari Tomat oleh penonton yang hadir.

Usai berkampanye di Wheaton Plaza berakhir, Wallace diketahui bersalaman dengan semua penonton, terkecuali Arthur. Kesempatan pertama Arthur untuk melancarkan aksi kriminalnya pun gagal, namun Ia masih belum berhenti sampai tujuannya tercapai.

Dalam kampanye yang digelar di Laurel Shopping Center, Arthur kembali melakukan aksi CaPer (cari perhatian) yang sama, bedanya aksinya Arthur ini malah mendapat apresiasi dari penonton. Dan lagi-lagi, Wallace kembali menjabat tangan para penonton yang hadir, namun secara jumlah, mereka jauh lebih banyak dan antusias dibanding penonton di Wheaton Plaza.

Baca Juga: Kisah Raja Jawa Amangkurat I yang Keji: Menghina Warisan Sultan Agung dengan Membantai Ribuan Ulama

Saat Wallace dikerubungi oleh penonton, Arthur pun memanfaatkan keadaan ini dengan menyusup ke dalam kerumunan. Saat Ia sudah berada di hadapan Wallace, Arthur sempat menembak tubuhnya Wallace sebanyak 4 kali sebelum akhirnya diringkus oleh para pengawalnya Wallace.

Beruntung, Wallace masih selamat dari aksi penembakan itu. Dari 4 peluru yang mengenai tubuhnya Wallace, 1 diantaranya mengenai tulang belakangnya, membuatnya lumpuh di bagian tubuh bawahnya secara permanen. Ia bahkan masih selamat walau ada 1 peluru yang ditembakkan ke dadanya.

Selain menembak Wallace, Arthur juga berhasil menembak 3 orang lainnya, mulai dari pengawal pribadinya Wallace, salah satu pendukungnya Wallace dan seorang agen intelijen Amerika Serikat (USSS) yang kebetulan sedang mengawasi kampanyenya Wallace.

Gubernur George Wallace pasca insiden penembakan yang dialaminya

Arthur langsung diringkus tepat setelah menembak Wallace. Kemudian, Polisi langsung menggeledah mobilnya Arthur yang di dalamnya terdapat pistol semi-otomatis kaliber 9 milimeter merk Browning Hi-Power, sebuah teropong, payung, alat perekam, radio Polisi, mesin cukur listrik, kamera, pakaian dan 2 buah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum Milwaukee. Arthur juga menyimpan buku Writer’s Yearbook tahun 1972 di dalam mobilnya.

Sidang pengadilannya Arthur dimulai sejak tanggal 31 Juli 1972, dimana selama masa sidangnya, Arthur kembali menjalani tes kejiwaannya. Dan hasilnya masih sama dengan tes kejiwaan sebelumnya. Atas adanya hasil tes kejiwaan tersebut, pengacaranya Arthur berusaha untuk meminta hukuman seringan mungkin bagi kliennya.

Singkat cerita pada 4 Agustus 1972, Arthur awalnya mendapat vonis penjara selama 63 tahun. Kemudian lewat sidang yang diadakan di tanggal 28 September 1972, hukumannya dipotong menjadi 53 tahun penjara.

Baca Juga: Apakah Kapal Titanic Benar-Benar Tidak Bisa Tenggelam? Menyelidiki Mitos dan Faktanya

Selama masa tahanannya, catatan hariannya Arthur ditemukan di tempat tinggalnya. Buku harian tersebut kemudian ditulis ulang ke dalam sebuah buku berjudul An Assassin’s Diary dan dirilis pada tahun 1973. Buku ini menjadi inspirasi bagi sutradara film Paul Schrader dalam membuat film Taxi Driver pada tahun 1976, yang diperankan oleh aktor Robert De Niro.

Saat ditanya soal motif dibalik aksi penembakannya, Arthur mengaku kalau dirinya terinspirasi dari 2 kriminal yang berhasil membunuh Presiden AS, John Wilkes Booth dan Lee Harvey Oswald. Di tahun 1995, Arthur menerima surat permohonan maaf dari George Wallace, namun Ia mengabaikan surat itu.

Saat ini, Arthur sudah dibebaskan usai mendekam selama 35 tahun di penjara, tepatnya Ia dibebaskan sejak 9 November 2007. Meski begitu, Ia masih harus menjalani wajib lapor hingga tahun 2025 mendatang.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Allthatsinteresting.com, Flickr