Tiga situs Indonesia yang disebut akan punah. (Istimewa)
INDOZONE.ID - Indonesia menjadi negara kepulauan yang luas dan terkenal akan keindahan alam dan keragaman budayanya. Negara dengan lebih dari 17.000 pulau ini juga telah berhasil membuat UNESCO mengakui berbagai situs bersejarah dan keajaiban alam yang terdapat di Indonesia.
Tentunya, pengakuan dari UNESCO memperlihatkan besarnya kepentingan pelestarian warisan alam dan budaya serta mengajak masyarakat global untuk turut melestarikannya.
Terdapat 10 warisan dunia UNESCO yang ada di Indonesia, di antaranya Taman Nasional Komodo, Situs Manusia Purba Sangiran, Taman Nasional Ujung Kulon, Sistem Subak Bali, Sumbu Kosmologis Yogyakarta, Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Taman Nasional Lorentz, dan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto.
Sayangnya, perkembangan zaman membuat beberapa situs warisan dunia yang berada di Indonesia tersebut terancam punah.
Tiga situs Indonesia yang disebut akan punah. (Istimewa)
Situs pertama yang terancam punah adalah Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur. Faktor penyebab situs ini punah adalah kepunahan komodo yang menjadi spesies endemik provinsi tersebut sekaligus ikon destinasi di Taman Nasional Komodo.
Perlahan-lahan, komodo dengan status rentan berubah menjadi terancam punah karena perubahan iklim. Khususnya adalah kenaikan suhu global dan permukaan air laut yang membuat habitat komodo terus berkurang.
Selain faktor alam, ada pun faktor perbuatan manusia yang mengakibatkan kepunahan kadal besar ini. Aktivitas manusia dalam mengikis lahan, baik di laut maupun di hutan, juga mengakibatkan komodo kehilangan habitatnya, sehingga keberadaannya terancam punah.
Di Bali, terdapat keindahan sawah yang berundak-undak dan aktif dikelola oleh masyarakatnya. Dalam pengelolaannya, masyarakat bergotong-royong untuk membuat sistem pengairan sawah tersebut. Sistem tersebut dinamakan Subak, yakni sistem pengairan sawah oleh masyarakat Bali dengan memperhatikan hukum adat setempat.
Ciri khasnya adalah menggabungkan bidang sosial, pertanian, dengan keagamaan yang dianut oleh masyarakat Bali.
Baca Juga: Misteri Jalan Tjampuhan Ubud Bali, Konon Sering Terjadi Kecelakaan Maut!
Keberadaannya terancam punah karena fungsi lahan sawah beralih menjadi kegiatan non-pertanian, sehingga lahan untuk sawah semakin menciut ketersediaannya. Areal persawahan di Bali yang telah beralih fungsi diduga mencapai 1000 ha per tahun. Areal sawah ini menciut dalam waktu yang pesat, terlebih di lokasi yang dekat dengan kota karena adanya penawaran harga penjualan yang tinggi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Forestdigest