Bajak laut Tobelo dan Galela. (Facebook/Galela Tobelo Tempo Doeloe)
Baca Juga: Jolly Roger, Lambang Tengkorak Khas Para Bajak Laut
Ilustrasi Bajak laut Tobelo dan Galela. (Freepik)
Pilatu dikenal sebagai bajak laut yang pandai merampok kapal-kapal dagang yang hendak pergi ke Ternate, Maluku Utara. Tidak hanya dirinya, para bajak laut dari Tobelo dan Galela.
Ia juga memiliki teknik membunuh yang berbeda dengan para perompak lainnya. Cara ia membunuh dengan menjepitkan tombak atau pedang di leher musuh hingga terlepas. Ia tidak menebas musuhnya.
Pilatu dan para bajak laut lainnya mendarat di perkampungan ketika kaum lelakinya tengah berlayar untuk berdagang. Rumah-rumah penduduk dibakar setelah harta bendanya dirampok. Sementara perempuan dan anak-anak ditangkap untuk dijadikan budak.
Karena aksi-aksi perompakan yang dilakukan para bajak laut asal Tobelo dan Galela begitu meresahkan, Pemerintah VOC atau Hindia Belanda mendekati para sultan Maluku dan meminta bantuan.
Baca Juga: Rahasia Kekayaan VOC saat Berkuasa di Nusantara, Mulai dari Janji hingga Eksploitasi
Salah satu yang didekati adalah Sultan asal Ternate Muhammad Arsya dan Sultan asal Bacan, Muhammad Sadik Syah. Namun usaha ini sia-sia semata.
Untuk menanggulangi ulah bajak laut pimpinan Pilatu, Said Muhammad, seorang keturunan Arab yang bermukim di Makian, mengorganisasi sebuah badan anti bajak laut yang beranggotakan 125 orang di tahun 1878 . Kelompok ini mengejar dan menangkap para bajak laut yang ditemukannya.
Pada tahun pertama setelah badan ini berdiri, Said Muhammad dan anak buahnya berhasil menangkap 140 bajak laut Tobelo-Galela, yang langsung digiring ke Ternate.
Pasca keberhasilan kelompok Said Muhammad, Sultan dan Resimen Ternate mengeluarkan peraturan bersama yang mewajibkan semua perahu orang Galela dan Tobelo memiliki pas jalan apabila hendak berlayar. Perahu yang tidak memiliki pas jalan dianggap sebagai perahu bajak laut.
Baca Juga: Bartholomew Roberts, Bajak Laut Paling Sukses di Zamannya
Bajak laut Tobelo dan Galela. (Facebook/Galela Tobelo Tempo Doeloe)
Kejayaan bajak laut Tobelo dan Galela akhirnya berakhir ketika terjadi perpecahan internal. Operasi bajak laut berhenti saat sebagian masyarakat Tobelo dan Galela menetap di pulau-pulau di selatan Pulau Halmahera.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: