Sebuah lukisan menggambarkan pertemuan antara Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul.
INDOZONE.ID - Konon, jasad Panembahan Senopati tak pernah ditemukan. Ia lenyap di tengah badai saat bertapa di Pantai Parangkusumo.
Tapi hingga kini, kerisnya masih muncul dalam ritual kerajaan. Apa benar ia tak pernah mati?
Dialah pendiri Kerajaan Mataram Islam, raja yang tidak naik takhta lewat jalur istana, melainkan lewat darah dan wahyu. Nama aslinya Danang Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya dari Pajang.
Setelah Pajang goyah, Danang Sutawijaya membangun pusat kekuasaan baru di Mataram (kini sekitar Kotagede, Yogyakarta). Ia bukan sekadar raja, tapi simbol kekuasaan mistik Jawa: manusia yang katanya bisa memerintah makhluk halus dan menjalin “perjanjian gaib” dengan penguasa laut selatan: Nyai Roro Kidul.
Baca juga: 5 Zodiak yang Selalu Tampil Tenang meski Lagi Kacau Batin
Cerita rakyat menyebut: Panembahan Senopati menghilang secara misterius. Tidak ada catatan kematiannya. Tidak ada kuburnya. Hanya “makam simbolik” di Kotagede, tapi tanpa tulang, tanpa peti. Sebagian abdi dalem percaya: ia menjadi “raja abadi” yang turun tangan ketika kerajaan dalam bahaya.
Bahkan, menurut catatan kuno di Serat Centhini, keris Kyai Ageng Pleret milik Senopati pernah “muncul sendiri” dari laut ke pelataran keraton saat Kerajaan Mataram diserbu VOC.
Menurut tradisi keraton, Panembahan Senopati tidak diizinkan mati sebelum keturunan Pajang musnah seluruhnya. Inilah yang disebut sebagai Kutukan Pajang — bahwa Senopati “ditahan” di antara dua alam, menjalani hidup gaib sampai dinasti lamanya benar-benar sirna.
Makanya, tiap malam 1 Suro, Sultan Yogyakarta melakukan ritual khusus di Parangkusumo. Bukan sekadar kirim doa, tapi “bertemu” dengan leluhur yang belum wafat. Siapa dia? Ya, Panembahan Senopati.
Baca juga: 5 Arti Mimpi Dicopet Menurut Primbon Jawa: Pertanda Baik atau Buruk?
Meskipun dia pendiri kerajaan besar, nama Panembahan Senopati jarang disebut di buku sejarah sekolah. Jauh kalah populer dibanding Sultan Agung atau Pangeran Diponegoro. Kenapa?
Sejarawan lokal menyebut:
“Tokoh mistik seperti Senopati terlalu sulit dijelaskan dengan logika kolonial. Maka ia disingkirkan dari narasi resmi sejarah.”
Di sisi lain, kisahnya terlalu sakral untuk dibawa ke ruang kelas. Ia bukan sekadar raja. Ia adalah legenda hidup dan mungkin belum mati.
Di Jogja, banyak orang percaya kalau keris Senopati masih tersimpan di ruang tertutup dalam keraton — hanya bisa keluar saat kerajaan dalam ancaman. Entah benar atau tidak, ini memperlihatkan satu hal:
Kita mungkin hidup di era modern, tapi masih dilindungi oleh raja yang tak pernah mati.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Buku Panembahan Senopati Dan Mistisisme Jawa