Kategori Berita
Media Network
Jumat, 20 JUNI 2025 • 20:56 WIB

Mengenal Perjuangan Setiati Surasto: Pahlawan Buruh Wanita yang Terlupakan, Menjadi Eksil Pasca Peristiwa 65

Sosok Setiati Surasto. (Istimewa)

INDOZONE.ID - Sosoknya Setiati Surasto terasa terlupakan. Bahkan ia menjadi eksi di luar negeri setelah perjuangannya untuk buruh wanita di Indonesia.

Setia Surasto adalah pejuang buruh perempuan Indonesia yang aktif pada tahun 1940-an hingga 1960-an. Namanya jarang disebut, padahal perjuangannya sangat penting.

Ia lahir di Banyuwangi tahun 1920. Sejak muda, ia sudah aktif dalam organisasi pergerakan nasional dan menyuarakan keadilan bagi para buruh, khususnya perempuan.

Perempuan pekerja saat itu diperlakukan tidak adil. Mereka digaji lebih rendah, tak dihargai, dan sering dianggap tidak punya keahlian.

Baca juga: Dewa Istri Kanya, Pahlawan Perempuan Bali yang Gagah Berani dalam Perang Kusamba

Buruh Perempuan di Masa Penjajahan dan Kemerdekaan

Di masa kolonial, perempuan banyak bekerja di perkebunan dan pabrik. Tapi mereka dianggap sebagai tenaga kerja murah dan sering diperlakukan kasar.

Ketika Jepang menjajah, banyak laki-laki dijadikan romusha. Akibatnya, perempuan harus menggantikan peran sebagai pencari nafkah.

Meski jumlah buruh perempuan meningkat, hak-hak mereka tetap diabaikan. Gaji rendah, tak ada jaminan kesehatan, dan hak cuti pun tak diakui.

Soso Setiati Surasto. (Perpustakaan Online Genosida 195-1966)

Setiati Surasto Bergabung dalam Gerakan Kiri

Setiati bergabung dengan PKI dan organisasi buruh seperti SOBSI dan Sarbupri. Ia tak hanya menulis, tapi juga turun langsung menemui para buruh.

Baca juga: Deretan Peristiwa PKI di Kediri, Salah Satunya Kisah Santri Komar yang Kebal dari Serangan Komunis

Ia ikut memimpin aksi Hari Buruh 1 Mei 1947 dan bicara tentang pentingnya keadilan bagi buruh perempuan. Ia menyuarakan hak cuti dan upah layak.

Ia juga tergabung dalam organisasi perempuan Gerwis yang memperjuangkan hak perempuan di tempat kerja.

Belajar dari Negara Lain, Membawa Gagasan ke Indonesia

Setiati pernah ikut kongres buruh perempuan di Budapest dan mengunjungi Uni Soviet. Di sana, ia melihat buruh perempuan diperlakukan adil.

Di Soviet, buruh perempuan punya hak cuti, tempat penitipan anak, dan upah setara. Setiati ingin kondisi itu terjadi juga di Indonesia.

Ia menulis banyak gagasan untuk memperjuangkan buruh perempuan agar punya hak yang sama dan hidup lebih layak.

Perjuangan Lewat Organisasi dan Tulisan

Ia mendirikan Biro Wanita SOBSI tahun 1962. Ia menolak aturan kerja yang merugikan buruh perempuan, terutama saat hamil atau melahirkan.

Baca juga: Bukan Sekadar Nama Jalan! Ini Kisah Pahlawan Muda Robert Wolter Monginsidi

Setiati juga menolak perlakuan diskriminatif soal tunjangan dan promosi jabatan. Ia ingin perempuan mendapat hak yang sama dengan laki-laki.

Bagi Setiati, hak mogok kerja adalah senjata penting untuk menuntut keadilan. Tapi perusahaan sering melarang hal ini.

Akhir Tragis Seorang Pejuang

Sayangnya, semua perjuangannya terhenti setelah peristiwa 1965. Karena dianggap anggota PKI, ia tidak bisa kembali ke tanah air.

Ia hidup sebagai eksil di Swedia. Namanya pun hilang dari buku sejarah Indonesia selama Orde Baru berkuasa.

Padahal, perjuangannya sangat berarti bagi buruh perempuan. Gagasan dan aksinya masih relevan hingga hari ini.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Handep: Jurnal Sejarah Dan Budaya

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Mengenal Perjuangan Setiati Surasto: Pahlawan Buruh Wanita yang Terlupakan, Menjadi Eksil Pasca Peristiwa 65

Link berhasil disalin!