Namun, pada tahun 1923, ia kembali diasingkan ke Bandung dan kemudian ke Banda Neira selama 13 tahun akibat aktivitas politiknya yang terus berlanjut.
Selama di pengasingan Penyakit Asma yang dialaminya kembali kambuh, beberapa kawannya kemudian mengusulkan kepada pemerintah untuk mengembalikan Cipto ke Jawa agar diobati, pemerintah menyetujui tersebut asalkan Cipto harus melepaskan hak politiknya. Mendengar itu Cipto dengan tegas menolak dan mengatakan bahwa lebih baik mati di Banda daripada melepas hak politiknya.
Hingga Cipto dipindahkan ke Bali, Makassar, dan Sukabumi Pada tahun 1940, dan Jakarta. Di Jakarta sang dokter menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 8 Maret 1943 atau bertepatan 4 hari setelah hari ulang tahunnya yang ke-57 tahun.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo: Demokrat Sejati