Peristiwa Bom JW Marriott di Jakarta pada 2003 silam. (Youtube/Lifetime Asia)
INDOZONE.ID - Sudah 21 tahun berlalu semenjak kejadian ledakan bom yang mengguncang JW Marriott di Jakarta. Bom itu telah menewaskan 12 orang dan mencederai 150 orang.
Mengutip taipeitimes dan csmonitor.com, bom tersebut merupakan rangkaian teror dari jaringan teroris yang diotaki Dr. Azahari dan Noordin M. Top. Keduanya berasal dari Malaysia yang diduga berafliasi dengan jaringan Al Qaeda.
Hotel JW Mariott di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Indonesia pada pukul 12:45 dan 12:55 WIB. Ledakan itu berasal dari bom mobil bunuh diri yang dilakukan seorang 'pengantin', istilah untuk orang yang mengorbankan dirinya untuk bom bunuh diri.
Peristiwa Bom JW Marriott di Jakarta pada 2003 silam. (Youtube/Lifetime Asia)
Baca Juga: Kilas Balik Serangan Bom di Gedung Stasiun TV BBC yang Menggemparkan Inggris Tahun 2001
Pada pukul 12.44, sebuah bom bunuh diri meledak menggunakan mobil Toyota Kijang dengan nomor polisi B 7462 ZN yang dikemudikan oleh Asmar Latin Sani.
Ledakan bom di Hotel JW Marriott pada tahun 2003 diaktifkan melalui sebuah telepon seluler yang ditemukan di lokasi kejadian.
Kejadian tersebut mengakibatkan 12 orang tewas dan sekitar 150 lainnya mengalami luka-luka. Para korban segera dilarikan ke rumah sakit, antara lain RS MMC Kuningan, RS Medistra, RS Jakarta, RS Mintohardjo, dan RS Cipto Mangunkusumo. Ironisnya, semua korban yang meninggal kebanyakan orang Indonesia.
Otak pelaku bom JW Marriot, Dr Azaharai dan Noordin M Top. (Youtube)
Ada beberapa otak pelaku dari peristiwa bom ini yang juga menjadi otak atas bom-bom lainnya. Dua diantaranya warga Malasyia, dan satu lainnya sebagai martir adalah orang Indonesia.
Dr. Azahari bin Husin, Ph.D., adalah seorang insinyur asal Malaysia yang diduga kuat sebagai otak di balik sejumlah aksi teror besar. Ia terlibat dalam berbagai serangan. Setidaknya ada 13 aksi bom, termasuk Hotel JW Marriot.
Azahari mulai tertarik dengan gerakan Islam radikal saat ia bertemu dengan pemimpin-pemimpin Jemaah Islamiyah, termasuk Abu Bakar Ba'asyir. Ia lalu mendapatkan pelatihan pembuatan bom di Afganistan.
Baca Juga: Peringatan 20 Tahun Ledakan Bom Bali, Kisah Penyitas Lolos dari Maut Bikin Merinding
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Taipeitimes, Csmonitor