Ilustrasi Peristiwa Medan Area antara pemuda Indonesia dan NICA
INDOZONE.ID – Pertempuran Medan Area adalah peristiwa sejarah penting yang terjadi di Kota Medan pada tahun 1945 hingga 1946. Peristiwa ini dimulai dengan kedatangan tentara Sekutu yang dipimpin oleh T.E.D Kelly pada 9 Oktober 1945.
Tujuan utama mereka adalah membebaskan tawanan perang dan melucuti senjata tentara Jepang yang masih berada di Indonesia.
Bersama dengan tentara Sekutu, hadir juga tentara Belanda yang tergabung dalam Netherland Indies Civil Administration (NICA). Kedatangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan Pemerintah Republik di Medan.
Para pemuda Medan merespons situasi tersebut dengan membentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI), yang dipelopori oleh Achmad Tahir. Pembentukan BPI merupakan langkah antisipasi menghadapi kehadiran tentara Sekutu dan NICA.
Baca Juga: Black Tom Explosion, Kasus Sabotase di AS yang Mengalami Kerugian Setengah Miliar US Dollar
Insiden pada 13 Oktober 1945 memicu pertempuran besar di Medan. Tentara NICA melakukan tindakan provokatif dengan merampas dan menginjak-injak lencana putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia di Jalan Bali. Kejadian ini memicu perkelahian antara pemuda Indonesia dan tentara NICA.
Barisan Pemuda dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) segera melakukan serangan terhadap tentara Sekutu dan NICA, merebut gedung-gedung pemerintahan yang sebelumnya dikuasai Jepang.
Pada 18 Oktober 1945, Komandan Tentara Sekutu, T.E.D Kelly, mengeluarkan pengumuman agar seluruh senjata yang ada di tangan rakyat diserahkan kepada Sekutu. Selain itu, pada 1 Desember 1945, ditetapkan garis batas di beberapa titik Kota Medan.
Papan-papan dengan tulisan "Fixed Boundaries of Protected Medan Area" dipasang sebagai simbol pembatas, yang kemudian menjadi asal usul penamaan "Medan Area".
Baca Juga: Liciknya Uni Soviet: Gertak Musuh dengan Kapal Perang Super yang Ternyata Cuma Propaganda
Pertempuran mencapai puncaknya pada 10 Desember 1945. Inggris melancarkan serangan ke Markas Komando Laskar Medan Area di Deli Tua, yang dikenal dengan sebutan Two-Rivers (Trepes).
Serangan ini menyebar ke seluruh Medan, memicu pertempuran antara laskar dan pasukan Inggris. Sementara itu, tentara NICA di bawah pimpinan R.T. Westerling dan van der Plank melakukan teror di sekitar kota, menggerakkan orang-orang bersenjata yang dibayar untuk menciptakan kekacauan.
Tujuan dari aksi Westerling adalah memprovokasi Inggris untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap pemuda-pemuda yang dianggap sebagai penyebab kekacauan. Akibatnya, banyak penduduk Medan yang mengungsi ke luar kota.
Situasi semakin memanas dengan keberadaan Poh An Tui, pasukan bersenjata yang dibentuk oleh tentara Inggris dan terdiri dari orang-orang Cina.
Pertempuran terus berlanjut di seluruh Kota Medan, dengan arena pertempuran terkenal di Medan Timur, Medan Selatan, Medan Barat, dan Medan Utara. Bantuan dari Aceh dan Tapanuli mengalir untuk mendukung perjuangan pemuda Medan.
Pada April 1946, Sekutu berhasil menguasai Kota Medan, memaksa Gubernur Sumatra, Walikota Medan, dan petinggi TKR untuk menyingkir ke Pematang Siantar.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Kemendikbud