Kategori Berita
Media Network
Senin, 23 JUNI 2025 • 17:43 WIB

Dari Mimbar ke Medan Juang: Tuan Guru dan Revolusi Rakyat Sasak

Ilustrasi Tuan Guru saat melawan penjajah (sumber: wikipedia)

INDOZONE.ID - Di balik sejarah perjuangan melawan penjajahan di Indonesia, ada kisah unik dari tanah Lombok pada abad ke-19 yang jarang dibahas. Bukan tentara, bukan bangsawan, tapi justru ulama lokal bernama Tuan Guru yang jadi garda terdepan perlawanan.

Tuan Guru: Ulama yang Jadi Simbol Perlawanan

Di Lombok, Tuan Guru bukan sekadar gelar keagamaan. Mereka adalah sosok panutan yang dihormati masyarakat karena ilmu agamanya, kepribadian yang kharismatik, dan perannya dalam kehidupan sosial. Menariknya, mereka nggak cuma berdakwah dari mimbar, tapi juga turun langsung memimpin rakyat saat ketidakadilan makin merajalela.

Baca juga: Mengenal Selaq, Manusia Jadi-jadian di Lombok yang Berulang Kali Bikin Geger

Dari Dzikir ke Medan Perjuangan

Awalnya, para Tuan Guru aktif dalam komunitas tarekat seperti Naqsyabandiyah dan Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, menyebarkan ajaran Islam di tengah rakyat petani Sasak. Tapi ketika tekanan makin parah, dari rampasan lahan sampai kerja paksa, ajaran spiritual itu berubah jadi bahan bakar perlawanan.

Mereka tak hanya ajak orang berdzikir, tapi menggalang kekuatan lintas kelas, mulai dari petani, rakyat biasa, hingga bangsawan lokal, untuk melawan sistem yang menindas.

Gerakan Meluas, Kolonial Mulai Ketar-ketir

Beberapa tokoh seperti Tuan Guru Ali Batu Sakra, Guru Bangkol, dan Tuan Guru Siddiq Karang Kelok jadi ikon perlawanan di berbagai wilayah Lombok. Karisma mereka mampu menggerakkan ribuan rakyat untuk melawan penguasa Karangasem dan akhirnya Hindia Belanda.

Saking kuatnya pengaruh Tuan Guru, pemerintah kolonial sampai menganggap mereka sebagai ancaman serius terhadap kekuasaan.

Tarekat: Bukan Cuma Soal Spiritualitas

Biasanya tarekat identik dengan keheningan batin, tapi di Lombok, tarekat justru jadi pusat konsolidasi gerakan sosial-politik. Di sana, hubungan mursyid dan murid menciptakan solidaritas tinggi, yang jadi kekuatan besar untuk menyusun strategi perlawanan.

Yang lebih keren, para Tuan Guru juga pintar menyatukan ajaran Islam dengan nilai-nilai lokal seperti mitos Ratu Adil, semangat millenarisme, hingga nativisme, yang bikin semangat perlawanan makin membara.

Baca juga: Bali Gak Cuma Pantai: Dulu Raja-Rajanya Punya Hak ‘Merampas’ Kapal Tenggelam!

Warisan yang Tetap Hidup

Perjuangan Tuan Guru bukan cuma soal perlawanan fisik. Mereka juga mewariskan pemahaman bahwa agama adalah jalan pembebasan, bukan cuma urusan ibadah. Buat masyarakat Sasak, mereka adalah penjuluq, pemimpin sejati, bukan hanya dalam spiritualitas, tapi juga dalam perjuangan sosial.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Doi.org

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Dari Mimbar ke Medan Juang: Tuan Guru dan Revolusi Rakyat Sasak

Link berhasil disalin!