Teorinya Edmond ini menjadi alasan utama mengapa dalam pembacaan kompas, putaran jarumnya berputar secara tidak wajar. Atmosfer pada setiap cangkang Bumi ini juga menjadi sumber gas yang mengakibatkan munculnya Aurora Borealis. Dan karena atmosfer ini pula, setiap cangkang di bawah permukaan Bumi mampu ditinggali oleh manusia, hewan dan tumbuhan. Inilah yang menjadi dasar teori tentang eksistensi peradaban di perut Bumi.
Berbeda dengan Edmond, matematikawan Swiss bernama Leonhard Euler mempunyai pendapatnya sendiri. Menurutnya, Bumi yang kita tinggali ini hanya memiliki sebuah cangkang di bawah permukaannya saja.
Sebagai sumber penerangannya, Leonhard berpendapat kalau penerangannya berasal langsung dari inti Bumi. Dengan jarak sejauh 1.000 kilometer dari cangkang ke inti Bumi, masyarakat penghuni wilayah cangkang tersebut dapat memenuhi kebutuhan penerangan mereka setiap hari. Namun, pendapatnya Leonhard ini kerap dibantah, sehingga orang-orang yang percaya soal Bumi kopong itu mengambil teorinya Edmond sebagai dasar kepercayaannya.
Baca Juga: 3 Penemuan Bawah Laut Bikin Kaget dan Tercengang, Salah Satunya Objek Sepanjang 70 Meter Mirip UFO
Lanjut ke tahun 1781, seorang penjelajah asal Perancis bernama Le Clerc Milfort melakukan ekspedisi bersama ratusan anggota Suku Muskogee menjelajahi wilayah Gua di sepanjang Sungai Merah, AS. Tujuannya adalah untuk menelusuri jejak peninggalan leluhur Suku Muskogee yang dipercaya sebagai salah satu warga dari peradaban di dalam perut Bumi.
Saat di dalam Gua, Milfort memprediksi kalau luas Gua tersebut mampu menampung 15.000-20.000 kepala keluarga. Dengan temuan itu, Milfort bisa mengkonfirmasi kebenaran soal eksistensi warga penghuni perut Bumi.
Masuk ke tahun 1818, John Cleves Symmes Jr. memiliki pemahamannya sendiri terkait teori Bumi kopong. Menurutnya, Bumi memiliki cangkang setebal 1.300 kilometer, kemudian luas jalan masuk menuju ke bagian perut Bumi sebesar 2.300 kilometer. Jalan ini saling menghubungkan antara kutub utara dan selatan. Pada masing-masing kutub ini, ada 4 buah cangkang yang melindungi jalan masuk ke dalam perut Bumi tadi.
Teorinya John Symmes ini Ia tuangkan ke dalam sejumlah artikel yang Ia sebarkan ke publik lewat media massa. Untuk memperkuat teorinya, John Symmes sempat berniat ke kutub utara bersama salah satu pengikutnya yang bernama James McBride. Sayangnya, Ia keburu meninggal selang 11 tahun usai mengemukakan teorinya.
Meski begitu, teori Bumi kopong milik John Symmes dijadikan referensi untuk beberapa karya tulis, salah satunya adalah novel karya Jules Verne yang berjudul "Journey to the Center of the Earth".
John Cleves Symmes Jr. dan Ilustrasi Bumi kopong versinya
Memasuki tahun 1906, teori Bumi kopong kembali mengalami perubahan dengan hadirnya buku "Phantom of the Poles" karya William Reed. Katanya, Bumi yang kita tinggali ini tidak memiliki bagian cangkang dan inti Bumi.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan 100 Spesies Baru di Gunung Bawah Laut Chile
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia, Parade.com