INDOZONE.ID - Di kota Beslan, North Ossetia, Rusia pada 1 September 2004, sejumlah Murid, Guru dan orang tua tengah menghadiri upacara pembukaan tahun ajaran baru di School Number One Beslan.
Pada awalnya, tidak ada yang aneh, bahkan sampai suara "petasan" dibunyikan pun, para hadirin tampak menikmati jalannya acara. Tanpa mereka sadari kalau suara yang mereka kira sebagai ledakan petasan, bukanlah suara petasan yang mereka kira.
Pada pukul 09.00 waktu setempat, mereka dikejutkan dengan kehadiran sekelompok teroris bersenjata lengkap yang jumlahnya 32 orang.
Baca Juga: Kilas Balik 20 Tahun Kematian Munir: Perjuangan Menuntut Keadilan yang Tak Kunjung Usai
Mereka menyandera para hadirin yang datang di acara tersebut di dalam sebuah gedung olahraga. Kemudian, mereka memaksa para korban untuk menyerahkan barang-barang berharganya.
Setelah itu, satu per satu dari para korban mulai ditembak mati. Hal ini terus berlangsung selama 3 hari lamanya.
Sejak pukul 19.30 di tanggal 1 September 2004, pihak teroris mulai bernegosiasi dengan pemerintah Rusia. Dari situ, mereka memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan motif tindakannya.
Baca Juga: Misteri Kematian Anneliese Michel: Kesurupan hingga Jalani Ritual Pengusiran Setan Selama Setahun
Mereka adalah kelompok teroris Riyad-us Saliheen, sebuah kelompok teroris Islam yang dikirim oleh petinggi teroris Republik Chechen bernama Shamil Basayev. Aksi terorisme tersebut ditujukan untuk mengancam pemerintah Rusia agar Republik Chechen diakui sebagai negara independen.
Negosiasi tersebut juga berlangsung selama 3 hari, bersamaan dengan aksi penembakan yang terjadi di School Number One Beslan.
Sampai di tanggal 3 September 2004, pasukan militer Rusia pun dikerahkan untuk meringkus para teroris.
Akan tetapi, mereka juga melakukan aksi perlawanan dengan meledakkan gedung sekolah satu per satu menggunakan bom yang sudah mereka pasang selama proses penyanderaan dan penembakan berlangsung.
Baca Juga: Mengenal Point Nemo: Titik Terisolasi di Bumi yang Jauh dari Segala Daratan
Beruntung, pasukan Rusia sukses menjalankan misinya. Dari 32 orang teroris, hanya 1 orang saja yang tersisa, yaitu Nur-Pashi Kulayev. Sebanyak 30 orang pelaku berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 2 orang pelaku lainnya adalah perempuan.
Dari sisi korban, jumlahnya sekitar 1.000 orang, dimana 334 orang diantaranya meninggal dan sisanya mengalami luka-luka. Dari semua korban meninggal, 186 orang diantaranya adalah anak-anak.
Presiden Rusia, Vladimir Putin segera mendatangi lokasi kejadian sekaligus mengunjungi para korban terluka di Rumah Sakit.
Ia menyampaikan ungkapan belasungkawa kepada para korban dan berjanji akan memperketat pengamanan negara dari serangan teroris yang kemungkinan terjadi di masa depan.
Akan tetapi, masyarakat Rusia mengkritik kinerja Presiden Putin yang dianggap tidak bisa bernegosiasi dengan teroris, yang menyebabkan lambatnya penanganan pasukan militer Rusia terhadap aksi terorisme tersebut.
Sementara itu, Nur-Pashi Kulayev sebagai satu-satunya pelaku yang masih selamat, mendapat vonis penjara seumur hidup. Menariknya, Kulayev mengaku tidak merasa bersalah atas tindakan terorisme yang diperbuatnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Allthatsinteresting.com