Rabu, 24 JULI 2024 • 14:07 WIB

Andrew Cunanan, Pelaku di Balik Kasus Kematian Pemilik Brand Fashion Versace

Author

Ilustrasi

INDOZONE.ID - Ini adalah kisah tentang Andrew Phillip Cunanan, seorang pria berdarah campuran Filipina-Italia-Amerika kelahiran National City, California pada 31 Agustus 1969.

Ayahnya, Modesto Dungao Cunanan adalah seorang marinir AS yang pernah ikut dalam Perang Vietnam. Setelah memutuskan untuk pensiun dari karier militernya, Modesto banting setir menjadi seorang makelar saham.

Sementara Ibunya, Mary Anne Schillaci adalah seorang wanita keturunan Italia-Amerika. Ia berusia 30 tahun saat melahirkan Andrew.

Baca Juga: 6 Fakta Mengejutkan Disneyland: Ada Pekerja Suka Melecehkan Pengunjung Hingga Pemalsuan Identitas Kim Jong Un

Andrew bersekolah di Bonita Vista Middle School. Kemudian, Ia melanjutkan pendidikannya di The Bishop's School. Di sini, Andrew bertemu dengan sang bestie yang bernama Elizabeth Cote.

Selama di sekolah, Andrew digambarkan sebagai anak yang periang dan suka mengobrol dengan teman-temannya. Karena kebiasaannya yang suka mengobrol inilah Andrew kerap bercerita fiktif soal keluarga dan kehidupan pribadinya. Oleh karena itu, Andrew menjadi anak yang paling disukai oleh teman-teman sekolahnya.

Memasuki bangku kuliah, Andrew sempat berkuliah di University of California, San Diego (UC San Diego). Di masa kuliah inilah kehidupan Andrew mulai berubah 180 derajat.

Baca Juga: Dibalik Keindahan Walt Disney World, Ada Tragedi Bocah 11 Tahun Tewas Akibat Parasit Mematikan Menyerang Otak

Pertama, Modesto pergi meninggalkan keluarganya setelah terlibat kasus penggelapan uang. Kedua, Andrew memilih untuk drop out dari kuliahnya usai menyakiti sang Ibu karena masalah nomor tiga, yaitu orientasi seksualnya. Ya, Andrew adalah seorang penyuka sesama jenis.

Sebenarnya, Andrew sudah mulai menyukai laki-laki sejak masih di bangku SMA, dimana dirinya sering menjadi "simpanan Om-Om kaya raya". Saat masih berkuliah, Andrew mulai sering mendatangi klub malam khusus laki-laki dengan orientasi seksual yang menyimpang.

Setelah dirinya memutuskan untuk drop out, Andrew pindah ke Castro, San Francisco dan tinggal bersama Elizabeth Cote dan pacarnya yang bernama Phil Merrill.

Baca Juga: Misteri Hilangnya Jimmy Hoffa dan Pemimpin Serikat Buruh Paling Berpengaruh di AS

Nyatanya, dengan kepindahannya ke San Francisco, Andrew bisa "lebih dekat" dengan para Sugar Daddy. Selain di San Francisco, Andrew juga mulai bergaul dengan orang-orang kelas atas di San Diego dan Arizona.

Di saat yang sama, Andrew mulai menjadi seorang pecandu narkoba. Tidak hanya menjadi seorang pecandu, Andrew pun menjadi penjual dari obat-obatan haram tersebut.

Mulai Berkenalan dengan Para Korban

Menurut kabar, Andrew sudah bertemu dengan Gianni Versace sejak bulan Oktober 1990, dimana saat itu Versace sedang menjadi sponsor kostum untuk drama panggung Capriccio yang akan digelar di Gedung Opera San Francisco. Sesuai namanya, Gianni Versace adalah pemilik dari salah satu brand fashion ternama di dunia, yaitu Versace.

Akan tetapi, pihak keluarganya membantah pertemuan antara Gianni dengan Andrew pada saat itu.

Di Desember 1995, Andrew bertemu dengan "cinta sejatinya" yang bernama David Madson, seorang arsitek asal Minneapolis, Minnesota. Pertemuan mereka dimulai di sebuah bar di San Francisco.

Baca Juga: Tradisi Pesta Nelayan Suku Mandar di Pinrang, Salah Satunya dengan Konvoi Kapal Nelayan Warna-warni

Kemudian, Andrew dan David menjalani hubungan jarak jauh alias LDR-an. Sayangnya, hubungan mereka berakhir di musim semi tahun 1996. David mengaku kalau Ia merasa ada sesuatu yang janggal di dalam dirinya Andrew.

Andrew menjalani hubungan lainnya dengan seorang Sugar Daddy bernama Norman Blachford. Pada akhirnya, hubungan mereka harus kandas di bulan September 1996.

Andrew kemudian berkenalan dengan Jeffrey Trail, seorang mantan marinir yang bekerja sebagai manajer cabang di sebuah perusahaan distribusi propana asal Minneapolis. Hubungan antara Andrew dan Jeff hanya terlihat dekat dari tampak luarnya saja, sementara dari tampak dalamnya, Jeff seakan menjaga jarak dari Andrew.

Baca Juga: Sejarah Hari Anak Nasional, Memperingati dan Menghargai Aset Masa Depan Bangsa

Detik-detik Menjelang Aksi Pembunuhan

Di tanggal 24 April 1997, Andrew mengajak Jeff, David dan beberapa orang temannya untuk mengadakan pesta di sebuah restoran ternama di Hilcrest, San Diego, California. Karena pemakaian kartu kredit pemberian dari Norman sudah mencapai limitnya, Andrew tidak bisa menyewa akomodasi untuk tempat tinggalnya. Maka dari itu, Ia pun memilih untuk tinggal di apartemennya Jeff.

Selang 2 hari setelah berpesta, Jeff sempat pergi bersama "pacarnya" yang bernama Jon Hackett, meninggalkan Andrew sendirian di kamar apartemennya. Jeff sempat meminta bantuan David untuk menemani Andrew di apartemennya, yang mana hal tersebut disetujui oleh David.

Pada keesokan harinya, Jeff izin pamit kepada Jon dengan alasan ingin membicarakan "sesuatu yang penting" dengan Andrew. Padahal, alasan Jeff berniat ingin pulang adalah karena mendapat kabar dari Andrew kalau pistol miliknya tertinggal di apartemen. Tanpa Jeff ketahui kalau itu adalah saat-saat terakhir dalam hidupnya.

Baca Juga: Bangunan Suci Era Majapahit Ditemukan Arkeolog di Mojokerto, Dari Era Tribhuwana Tunggadewi Wafat

Penemuan jasadnya Jeff bermula dari salah seorang rekan kerjanya David yang curiga karena Ia tidak bekerja selama beberapa hari. Pada tanggal 29 April 1997 saat orang itu datang ke apartemennya David, Ia terkejut dengan penemuan jasad Jeff yang tewas dengan luka pukulan menggunakan benda tumpul di kepalanya. Jasadnya Jeff digulung di dalam karpet dan disembunyikan dibalik sofa.

Orang itu menemukan jam tangannya Jeff yang menunjukkan pukul 09:55 waktu setempat, yang diduga sebagai waktu saat Jeff mati dibunuh.

 

Pihak kepolisian pun bergerak cepat dengan mendatangi lokasi TKP, sekaligus untuk melakukan investigasi. Karena mayatnya Jeff ditemukan di apartemennya David, Polisi menduga kalau David adalah pelaku pembunuhannya Jeff, karena Ia tidak ditemukan sedang berada di apartemennya.

Tapi nyatanya, David pergi bersama Andrew. Menurut penuturan tetangga apartemennya David, mereka lihat David dan Andrew pergi sambil mengajak Anjing peliharaannya David jalan-jalan. Itu terjadi beberapa jam sebelum rekan kerjanya David datang.

Dan pada tanggal 2 Mei 1997, Polisi menemukan jasadnya David di pesisir timur Danau Rush, Rush City, Minnesota. Terdapat luka tembakan di bagian kepala dan punggungnya David. Berdasarkan analisa Polisi, David diduga tewas ditembak menggunakan pistol semi otomatis dengan peluru kaliber 40.

Baca Juga: Mitos Hantu Pok-pok di Sulawesi yang Wujudnya Mirip Kuyang, Bedanya Ada di Tempat Munculnya

Besoknya, terjadi kasus pembunuhan di Chicago, Illinois yang menewaskan seorang pemilik real estate bernama Lee Miglin. Lee tewas dengan kondisi kedua tangan dan kakinya terikat, terdapat luka tusukan di sekujur tubuhnya dan lehernya digorok menggunakan gergaji. Menariknya, mobil sedan bermerek Lexus LS milik Lee hilang dicuri, tapi Polisi menemukan mobil Jeep milik David di kediamannya Lee. Ini berarti kalau Lee tewas ditangan pelaku yang sama dengan Jeff dan David.

Sekitar seminggu setelah kematiannya Lee, warga Pennsville, New Jersey dikejutkan dengan kabar kematian seorang kuncen Finn's Point National Cemetery bernama William Reese. Ia tewas akibat luka tembak di kepalanya. Jasadnya William ditemukan di ruangan penjaga makam oleh Istrinya, yang curiga karena William tidak pulang untuk makan malam.

Dilihat dari bekas luka tembak di kepalanya William, Polisi menyimpulkan bahwa William tewas ditembak menggunakan pistol yang sama dengan mayatnya David. Polisi juga menyoroti hilangnya mobil truk milik William.

Baca Juga: Misteri Wentira, Kota Mistis di Sulawesi yang Konon Dibangun Bangsa Jin dan Berwarna Serba Kuning

Dalam analisanya, Polisi menduga kalau kematiannya David, Jeff dan Lee disebabkan oleh dugaan masalah pribadi yang dimiliki oleh mereka dengan si pelaku. Sementara pada kasusnya William, perbuatan si pelaku diduga murni karena ingin mencuri mobilnya William.

Beruntung, karena Polisi berhasil menarik benang merah dari keempat kasus tersebut, mereka mulai mengincar 1 nama, yaitu Andrew Cunanan.

Poster pencarian Andrew yang dirilis oleh FBI

Biro Intelijen Federal AS (FBI) merilis poster pencarian Andrew. Tanpa mereka sadari, Andrew sebenarnya sedang menginap di Normandy Plaza Hotel, Miami, Florida sejak tanggal 12 Mei 1997.

Baca Juga: Kisah Rajani Pandit, Detektif Swasta Wanita Pertama India yang Pecahkan Puluhan Ribu Kasus Sejak 19 Tahun

Selama menginap di Miami, Andrew menggadaikan beberapa barang curiannya dan menikmati uangnya. Karena dalam proses pegadaian dibutuhkan identitas diri dari orang yang menggadaikan hartanya, Andrew dengan polosnya menggunakan namanya sendiri, tanpa Ia ketahui kalau Polisi di AS melakukan pemeriksaan terhadap laporan data di pegadaian.

 

Dirasa uangnya sudah mulai habis, Andrew melakukan aksi pembunuhan terakhirnya terhadap Gianni Versace. Andrew diketahui check out dari hotelnya pada 14 Juli 1997, tanpa membayar uang penginapannya.

Di tanggal 15 Juli 1997 pukul 08:45 waktu setempat, Andrew berhasil menyelinap masuk ke kediamannya Gianni yang berada di Miami. Menariknya, Ia berhasil masuk menggunakan mobil truk milik William yang Ia curi beberapa bulan yang lalu.

Gianni baru saja tiba di rumahnya, usai sempat berkunjung ke News Cafe Miami untuk mengambil majalah. Tiba-tiba, Ia ditembak di bagian belakang kepala dan pipi kirinya oleh Andrew.

Baca Juga: Lembah Boszhira di Kazakhstan: Keajaiban Alam yang Dahulunya Dasar Laut

Mendengar suara tembakan dari dalam rumah, penjaga kediaman Gianni langsung mendatangi asal suara dan menemukan Andrew yang baru saja menghabisi nyawanya Gianni. Andrew pun langsung dikejar, namun Ia berhasil melarikan diri, meninggalkan truk milik William berada di lokasi TKP. Gianni tewas pada pukul 09:21 waktu setempat saat dilarikan ke Rumah Sakit.

Sesampainya di lokasi, Polisi segera melakukan olah TKP. Saat memeriksa truknya William, mereka menemukan beberapa pakaian milik Andrew dan potongan koran terkait aksi pembunuhan yang dilakukan olehnya.

Itulah saat terakhir Andrew melakukan aksi kriminalnya. Sampai di tanggal 23 Juli 1997, Kepolisian Miami dikejutkan dengan suara tembakan pistol dari sebuah rumah Perahu. Karena mereka sedang berjaga di sekitar lokasi, tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukan asal suara tembakan itu.

Baca Juga: Fakta Racun Sianida yang Sebabkan 6 Jasad Tewas di Hotel Thailand, Ternyata Pelakunya...

Dan ternyata, mereka menemukan Andrew Cunanan, salah satu DPO kasus pembunuhan yang menghebohkan AS selama 3 bulan terakhir. Ia mati dengan menembak kepalanya sendiri menggunakan pistol yang sama dengan yang Ia gunakan untuk menghabisi nyawa para korbannya.

Para korbannya Andrew

Kematian Andrew tidak memberikan Polisi jawaban apapun terkait aksi kriminal yang Ia perbuat. Untuk menjawab pertanyaan seputar motif Andrew melakukan semua aksi sadisnya itu, Polisi hanya bisa menggelengkan kepala sembari mengangkat bahu, menandakan bahwa mereka tidak tahu apa motif dibalik perbuatannya Andrew.

Meskipun Polisi sudah berusaha mencari jawaban dengan menginterogasi orang-orang terdekatnya Andrew pun, mereka masih belum menemukan jawabannya sampai detik ini.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: INC, South Florida Sun Sentinel