Permaisuri Xiao Guanyin. (Istimewa)
INDOZONE.ID - Kehidupan istana tidak selamanya indah seperti yang sering digambarkan dalam dongeng-dongeng pengantar tidur. Realitanya kehidupan dalam istana begitu penuh pergulatan intrik politik. Saling tusuk dari belakang, kesepakatan tersembunyi sampai pemusnahan. Begitulah cerita istana dalam banyak sejarah di dunia.
Tiongkok juga menyimpan cerita intrik istananya sendiri seperti kisah tragis seorang permaisuri bernama Xiao Guanyin.
Permaisuri Xiao Guanyin bisa dikatakan sebagai tokoh yang memiliki kisah tragis dalam sejarah Dinasti Liao. Nama Xiao Guanyin dikenal bukan hanya hanya sekedar pada tampangnya yang cantik, tetapi juga takdirnya yang penuh derita sebagai korban intrik politik di istana Dinasti Liao.
Kisah hidup dan kematiannya mempertontonkan cerita drama tentang bagaimana kekuasaan dan persaingan di kalangan keluarga kekaisaran sering kali memerlukan tumbal, yaitu nyawa seseorang yang tidak bersalah.
Xiao Guanyin merupakan permaisuri dari Kaisar Shengzong yang berkuasa di Dinasti Liao pada abad ke-10. Dia dianggap berbakat dalam bidang sastra dan seni di kalangan istana. Selain itu, Xiao Guanyin juga dikenal sebagai wanita yang begitu mencintai suaminya dan setia pada kerajaan. Walaupun begitu, takdirnya perlahan menjadi sebuah akhir derita saat ia menjadi sasaran intrik istana yang kejam.
Baca Juga: Mengenal Bi Disc, Artifak Paling Penting dalam Perkembangan Sejarah Tiongkok
Istana berada di ibu kota Dinasti Liao, yang terletak di wilayah yang kini dikenal sebagai kawasan Mongolia. Istana kekaisaran Liao adalah tempat di mana para pejabat dan bangsawan saling berlomba untuk mendapatkan kekuasaan, dan di sinilah Xiao Guanyin harus menghadapi berbagai macam serangan politik yang menghancurkan hidupnya.
Lalu bagaimana kejadian jatuhnya Xiao Guanyin ke pusaran derita. Perjalanan menuju akhir tragis dimulai ketika Xiao Guanyin terjebak dalam skema politik yang dirancang oleh musuh-musuhnya di istana. Alasan utama dia dijebak adalah karena pengaruhnya di dalam istana terlampau besar, sehingga itu memicu iri serta ancaman terhadap pejabat istana lainya.
Pada suatu masa, sebuah tuduhan keji menyasar dirinya, disebutkan bahwa ikut campur dalam rencana dan konspirasi untuk membuat kaisar mangkat. Tuduhan ini sangat menghancurkan posisinya , meskipun tidak ada bukti nyata terkait kesalahannya. Melalui langkah pertama tersebut para musuh politik di istana mampu memanfaatkan kelemahan ini untuk menyingkirkannya dari kedudukan sebagai permaisuri.
Pada akhirnya melalui beragam cara dibalik layar, Xiao Guanyin akhirnya dihukum mati dengan cara yang sangat tragis. Ia dieksekusi karena tuduhan yang sebenarnya tidak memilki bukti kebenarannya. Salah satu wujud penderitaan Xiao Guanyin ia curahkan ke dalam puisi-puisi yang ditulis menjelang kematiannya.
Baca Juga: Agrippina, Permaisuri Kaisar Romawi Kuno yang Rela Dibunuh Nero, Anaknya Sendiri!
Puisi-puisi ini menggambarkan emosi, perasaan putus asa, kesedihan, dan penyesalan atas apa yang terjadi padanya. Dia merasa dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya, termasuk suaminya sendiri, yang tak mampu membela dirinya.
Kisah kematiannya menunjukan betapa kejamnya permainan politik yang terjadi di istana kekaisaran pada masa itu. Istana yang kerap dipandang sebagai tempat teraman di kerajaan malah berubah menjadi tempat paling berbahaya. Meskipun pada akhirnya nama Xiao Guanyin dikenal sebagai simbol kesedihan dan penderitaan, ia tetap diceritakan sebagai sosok yang memiliki bakat seni yang mumpuni dan keberanian menghadapi takdir yang begitu tragis.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jstor.org