Sejarah Revolusi Hungaria 1956, Darah Perlawanan dari Budapest yang Diinisiasi Pimpinan Partai Komunis
INDOZONE.ID - Dalam catatan sejarah, gerakan perlawanan telah menjadi bagian yang selalu tertulis dalam sejarah ketika terjadi ketidakteraturan sosial yang tercipta, dan Hungaria dalam sejarah panjangnya sebagai negara juga mengalami berbagai pasang surut yang penuh dengan suka duka yang terkadang berdarah maupun menyakitkan.
Seiring dengan perjalanan sejarah Hungaria, terdapat suatu peristiwa yang tidak pernah dilupakan oleh mereka tentang bagaimana meraih kemerdekaan dari pengaruh asing tidaklah mudah, dan menciptakan sebuah cerita kelam dan menyedihkan dibalik sebuah upaya melawan pengaruh asing, inilah sejarah tentang Revolusi Hungaria tahun 1956.
Pemantik Revolusi
Pasca Perang Dunia Kedua berakhir pada tahun 1945, Hungaria sebagai negara berada pada wilayah pengaruh Uni Soviet, dan pada tahun 1948 kelompok Komunis telah mengambil alih kekuasaan dengan mengambil alih kendali Polisi Rahasia Negara (AVH) dan melenyapkan lawan-lawan politik mereka.
Semua hal ini diinisiasi oleh Matyas Rákosi, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Hongaria sekaligus Perdana Menteri Hongaria. Ia adalah seorang komunis garis keras yang sepenuhnya berkuasa dan bersekutu dengan Moskow atas inisiasi Pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin.
Baca Juga: Bela Kiss, Pembunuh Berantai Serupa Vampir dari Hongaria
Ia menerapkan beberapa program yang tidak populer dikalangan masyarakat, seperti pengunaan paksa Bahasa Rusia di masyarakat, tentara dan pejabat Soviet ditempatkan tetap di Hongaria, faktor ekonomi Hongaria yang menurun, dan Polisi Rahasia Negara yang menciptakan teror kepada masyarakat menyebabkannya dibenci oleh rakyat.
Kematian Stalin pada tahun 1953, perubahan terjadi di internal partai komunis dan hubungannya dengan Uni Soviet, pada bulan Juli 1953, Rákosi digulingkan dari jabatan Perdana Menteri dan digantikan oleh Imre Nagy yang juga Pro-Moskow namun beraliran Pro-Hongaria dan tidak populer di negara itu. Ia menjanjikan reformasi dalam hal ekonomi, sosial dan politik, termasuk membebaskan tahanan politik, dan menutup kamp-kamp interniran.
Revolusi Berkobar
Moskow sempat ragu untuk mendukungnya, maka pada tahn 1955 Nagy diberhentikan dari jabatannya dan dikeluarkan dari partai dan digantikan kembali oleh orang Pro-Rákosi, namun Matyas Rákosi diberhentikan dari seluruh jabatannya lagi pada bulan Juli 1956 atas perintah pemimpin Uni Soviet pada masa itu, Nikita Khrushchev.
Pemecatan dilakukan karena sikap Rákosi yang buruk yang berkaitan dengan upaya Destalinisasi yang dilakukan Khrushchev di negara Blok Komunis untuk menghilangkan pengaruh kultus kepribadian Stalin, sehingga diharapkan Hongaria juga mengikuti langkah Destalinisasi, selain itu tantangan Negosiasi Polandia terhadap Uni Soviet yang berhasil pada tahun 1956 menyebabkan mahasiswa di Budapest menggelar demonstrasi besar Pada tanggal 23 Oktober yang diakhiri dengan penyerahan petisi yang meminta perbaikan atas keluhan bangsa.
Baca Juga: Deretan Pergerakan Pro Komunis di Kalimantan Barat di Era 1960-an, Ada PGRS dan Paraku
Demo yang dibalas oleh pidato yang tidak bijaksana dan kasar oleh Sekretaris Jenderal baru, Ernő Gerő dan menyuruh polisi melepaskan tembakan ke arah kerumunan membuatnya dibenci masyarakat, dan rakyat melawan aparat dengan bantuan tentara sehingga berhasil melemahkan birokrasi dan kekuatan Komunis Hongaria dan Uni Soviet di Budapest.
Dengan pintu-pintu penjara dibuka, bebas nya Kardinal Mindszenty yang diiringi kerumunan yang mengantar, serta anggota Polisi Rahasia Negara melarikan diri mengakibatkan keadaan yang kacau pasca demonstrasi, pada akhirnya Soviet menyetujui pembentukan pemerintahan baru di bawah Imre Nagy pada tanggal 25 Oktober 1956, seorang reformis yang lebih liberal.
Setelah Ia diangkat menjadi Perdana Menteri, Imre Nagy melakukan beberapa reformasi yang telah dijanjikan sebelumnya, seperti:
- Pemilihan umum bebas untuk memilih pemerintah.
- Sistem hukum yang tidak memihak untuk memastikan pengadilan yang adil.
- Penarikan total tentara Soviet dari Hongaria.
- Petani diizinkan memiliki tanah milik pribadi (bukan milik negara).
- Hongaria akan meninggalkan Pakta Warsawa dan menyatakan netralitas dalam Perang Dingin.
Beberapa hari kedepan, tentara Soviet terlahan mulai mundur dari Hongaria dan siap dilaksanakannya negosiasi dengan Uni Soviet dalam waktu dekat. Namun, secara tidak sadar konsesi-konsesi yang diberikan oleh Imre Nagy membuatnya terlihat oleh Uni Soviet telah melampaui batas dan mengancam ”kepentingan” Uni Soviet di Eropa, maupun di Eropa Timur, sebuah alur sejarah dari sebuah revolusi ini menandai awal senja dari revolusi di Hongaria.
Revolusi yang Padam Namun Terkenang
Pada tanggal 1 November, Imre Nagy mengumumkan penarikan Hongaria dari Pakta Warsawa dan meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa dan negara barat untuk mendukung dan mengakui negaranya sebagai negara netral. Pada awalnya, pejabat Soviet tidak yakin apakah akan bertindak atau membiarkan masalah berjalan sebagaimana mestinya, karena takut akan intervensi Barat.
Namun, hadirnya tekanan yang semakin besar untuk intervensi dari negara-negara komunis seperti Tiongkok, Rumania, Cekoslowakia, dan Yugoslavia yang melihat bahaya dampak yang ditimbulkan Hongaria keluar dari Blok Pakta Warsawa; serta fokus Amerika dan negara barat terhadap keterlibatan Israel, Inggris, dan Prancis dalam Krisis Suez membuat para pemimpin Soviet berani bertindak.
Pada tanggal 4 November 1956, ribuan tank dan tentara Soviet memasuki Budapest melalui perbatasan Hongaria dan mulai membersihkan revolusi dan menindak tegas para demonstran, mereka didukung oleh János Kádár, tokoh komunis yang telah membelot dari pemerintahan Nagy mengumumkan pembentukan “pemerintahan buruh dan tani revolusioner Hongaria” yang didukung Soviet dengan dirinya sebagai Perdana Menteri.
Baca Juga: Restorasi Meiji: Revolusi yang Mengubah Jepang Menjadi Kekuatan Modern Dunia
Pembersihan Revolusi Hongaria 1956 ini mengakibatkan imigrasi warga Hungaria yang mencoba melarikan diri tetapi dicegah meninggalkan negara itu; yang lainnya terbunuh atau terluka dengan ribuan warga Hungaria ditangkap dan 26.000 warga Hungaria diadili dengan hukuman penjara dan eksekusi sebagai akibatnya.
Nasib pemimpin dan tokoh yang terkait dengan Revolusi Hongaria 1956 beragam, Jenderal Pál Maléter, menteri pertahanan pemerintahan Nagy, yang telah diundang oleh para komandan Soviet untuk berunding, bernasib buruk Ia ditawan dan akhirnya dieksekusi. Lalu Kardinal Mindszenty berlindung di kedutaan Amerika Serikat di Budapest mendapatkan suaka politik dan wafat pada tahun 1975, sedangkan Imre Nagy yang berlindung di kedutaan Yugoslavia diculik dan dibawa ke Rumania untuk diadili secara rahasia, dan dieksekusi beserta beberapa rekan dekatnya pada tahun 1958.
Revolusi Hongaria 1956 secara aksi mungkin berakhir, namun tidak dengan kenangan dan dampak yang dihasilkannya. Dengan banyaknya tokoh dan masyarakat yang dibunuh maupun menjadi pengungsi mengakibatkan sebagian besar kaum muda dan terpelajar Hongaria hilang dari negara tersebut, selain itu kerusakan material juga sangat parah, terutama di Budapest sebagai ibukota.
Revolusi ini menjadi kenangan kolektif yang kisahnya sampai ke negeri lain, Pier Francesco Pingitore, penulis lagu berkebangsaan Italia menulis lagu “Avanti Ragazzi di Buda” (Majulah, Para Pemuda Budapest) pada Oktober 1966 dalam memperingati 10 tahun Revolusi Hongaria 1956 sebagai pengingat tentang sejarah kelam tersebut dan akibat dari terjadinya Perang Dingin.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: BBC, Britannica