INDOZONE.ID - Pada 30 Juli 1916 di Pelabuhan New York dekat New Jersey, AS, terjadi sebuah insiden ledakan besar yang dayanya setara dengan 45 ton dinamit. Ledakan tersebut disebabkan oleh 910 ton bubuk mesiu yang tersimpan di dalam sebuah gerbong kereta dan tongkang kapal.
Rencananya, mesiu tersebut akan dikirimkan ke Rusia. Tujuannya adalah sebagai suplai mesiu yang nantinya akan digunakan saat berperang. Kebetulan kejadian tersebut berlangsung saat Perang Dunia I sedang berkecamuk.
Kejadian ini terjadi pada dini hari. Menurut kesaksian para penjaga pelabuhan, mereka melihat api di dekat gerbong dan tongkang berisi mesiu tersebut. Bukannya segera memadamkan api, para penjaga itu malah melarikan diri karena takut dengan adanya ledakan.
Baca Juga: Panglima Burung, Pelindung Orang Dayak yang Cinta Damai dan Melegenda
Benar saja, ledakan terjadi pada pukul 02.08 AM waktu setempat. Tak hanya menghancurkan pelabuhan, ledakan tersebut merusak jembatan yang berada tak jauh dari lokasi. Bahkan, dampak ledakan tersebut sampai merusak beberapa bagian dari Patung Liberty.
Dampak lain yang ditimbulkan dari ledakan tersebut adalah gempa bumi berkekuatan 5-5,5 SR, yang getarannya terasa sampai Philadelphia dan Maryland. Beberapa tempat ikonik pun terkena dampak gempa tersebut, antara lain New York Times Square, Gereja St. Patrick New Jersey dan Jembatan Brooklyn.
Ledakan tersebut menewaskan tujuh orang dan melukai lebih dari 100 orang lainnya. Untuk total kerugian yang dihasilkan, nilainya mencapai $579,35 juta.
Jalannya Penyidikan
Proses penyelidikan pun dimulai. Sebagai terduga pelaku pertamanya, kepolisian setempat memeriksa para penjaga yang bertugas di malam kejadian.
Dalam penuturan mereka, saat kejadian mereka sedang merokok untuk mengusir nyamuk sekaligus menghangatkan badan. Karena perbuatan itulah yang membuat mereka dicurigai sebagai pelaku. Tapi pada akhirnya, mereka tidak terbukti sebagai pelakunya.
Kemudian, kepolisian mencurigai seorang tentara AS yang berasal dari Slovakia bernama Michael Kristoff. Dari pengakuannya Kristoff, Ia mengatakan kalau kejadian tersebut bisa saja merupakan aksi sabotase yang dilakukan oleh mata-mata musuh. Kristoff berani mengatakan begitu karena Ia adalah seorang mantan mata-mata Jerman.
Baca Juga: Soekarno Dianggap Jadi Mandor Rumusha dan Tunduk dengan Jepang Untuk Sengsarakan Rakyat, Benarkah?
Berkat informasi dari Kristoff, kepolisian setempat mulai mencurigai pejabat kedutaan. Meski tugas mereka adalah sebagai penyambung lidah dari negara yang mereka wakilkan, tidak menutup kemungkinan kalau mereka memanfaatkan jabatan mereka untuk menyusupkan informasi penting milik AS ke pihak musuh.
Namun ternyata, pelaku sebenarnya dari kejadian tersebut adalah 2 orang pria asal Jerman yang menetap di AS untuk bekerja sebagai mata-mata. Mereka adalah Kurt Jahnke dan Lothar Witzke.
Kedua tersangka berhasil lolos dalam upaya penangkapannya. Mereka terus melakukan pekerjaannya sebagai mata-mata hingga akhir Perang Dunia kedua.
Untuk Kurt, Dia dan Istrinya berhasil ditangkap oleh agen Uni Soviet di tahun 1945. Selang 5 tahun berikutnya, Kurt dieksekusi mati.
Sementara Lothar, Ia sempat dipenjara di tahun 1918. Selama masa tahanannya, Ia pernah berusaha kabur selama 2 kali. Meski begitu, Lothar berhasil ditangkap lagi.
Atas aksi sabotase yang dilakukannya bersama Kurt, Ia sempat dijatuhi vonis hukuman mati. Namun di bulan Mei 1920, Presiden Woodrow Wilson memberikan keringanan pada hukumannya Lothar menjadi hukuman seumur hidup.
Lalu di bulan September 1923, Lothar mendapat pengampunan dari Presiden Calvin Coolidge dan dibebaskan dari penjara. Ia pun langsung dideportasi ke Jerman setelahnya.
Baca Juga: Robert Tappan Morris, Pembuat Cacing Komputer Pertama di Dunia
Di Jerman, Lothar mendapatkan penghargaan Salib Besi dari pemerintah Jerman. Kemudian, Ia kembali melakukan tugasnya sebagai mata-mata Jerman pada Perang Dunia kedua. Lothar meninggal di tahun 1961.
Tentang Pulau Black Tom
Kejadian tersebut dinamakan Black Tom Explosion karena terjadi di dekat sebuah pulau buatan bernama Black Tom Island. Dinamakan Black Tom karena pulau tersebut dihuni oleh para nelayan kulit hitam selama beberapa tahun.
Sebelum kejadian ledakan di bulan Juli, Pulau Black Tom juga pernah mengalami kasus serupa pada 26 Januari 1875. Ledakan tersebut disebabkan oleh kecelakaan kerja yang terjadi di sebuah pabrik pembuat bubuk. Dari kejadian itu, sebanyak 4 karyawan pabrik meninggal dunia.
Setelah ledakan di pabrik bubuk, lintasan kereta api yang menghubungkan Pulau Black Tom dengan daratan New Jersey pun mulai dibuat. Sekitar tahun 1905-1916, perusahaan Lehigh Valley Railroad melakukan proyek ekspansi dari jalur kereta api tersebut.
Selama Perang Dunia pertama berlangsung, Pulau Black Tom dijadikan depot bubuk mesiu. Bagi negara manapun yang membutuhkan suplai bubuk mesiu, mereka akan memintanya kepada AS.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia