Standard Oil Company, yang saat itu mendominasi pasar minyak dunia, merasa terancam oleh kemunculan Royal Dutch. Dominasi Standard Oil di luar negeri perlahan-lahan mulai ditantang, dan keberadaan minyak di Hindia Belanda menjadi faktor penentu dalam persaingan minyak antara keduanya.
Chauncey Lufkin dari Texas Company menyarankan Standard Oil untuk mengakuisisi wilayah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan India Britania yang diperkirakan mengandung mineral minyak.
Namun, Standard Oil tidak mengambil tindakan, yang membuka jalan bagi Royal Dutch untuk mendominasi wilayah-wilayah tersebut.
BACA JUGA: Kisah Tentara Kolonial di Hindia Belanda: dari Eropa, Pribumi, hingga Afrika
Royal Dutch dan Shell Transport and Trading Company bergabung pada tahun 1907 untuk membentuk Royal Dutch/Shell Group, sebuah perusahaan yang kemudian menjadi salah satu kekuatan industri minyak terbesar di dunia.
Melimpahnya sumber minyak Hindia Belanda, dukungan pengiriman minyak dengan kapal tanker besar, serta jaringan bisnis Shell yang solid menjadikan perusahaan ini sangat kompetitif.
Di bawah induk kelompok perusahaannya didirikan anak perusahaan yang beroperasi di Hindia Belanda yaitu De Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) untuk produksi dan pengilangan, serta AngloSaxon Petroleum Co untuk bidang transportasi.
Pada tahun 1910, Shell Group membeli sebuah perusahaan yang sedang berproduksi di Hindia Belanda dan tahun berikutnya membeli perusahaan independen yang terakhir, sehingga mendominasi industri minyak bumi di Hindia Belanda.
Investasi swasta dalam sektor perminyakan membawa perubahan besar bagi ekonomi Hindia Belanda. Perusahaan seperti De Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) menjadi pemain utama dalam produksi dan pengilangan minyak.
Keberadaan industri minyak juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal, meskipun seringkali dengan konsekuensi eksploitasi sumber daya dan tenaga kerja.
Peningkatan infrastruktur, lapangan kerja, dan pendapatan daerah adalah beberapa dampak positif, sementara kerusakan lingkungan dan ketidaksetaraan sosial menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Sejarah industri perminyakan di Hindia Belanda tidak hanya mencerminkan eksploitasi sumber daya alam oleh kolonialisme tetapi juga membuka jalan bagi persaingan global antara perusahaan minyak besar.
Industri ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Hindia Belanda, meskipun seringkali dengan biaya sosial dan lingkungan. Hingga kini, warisan industri ini tetap relevan dalam memahami dinamika energi dunia dan sejarah ekonomi Indonesia.
Persaingan antara Royal Dutch/Shell dan Standard Oil menjadi salah satu babak penting dalam sejarah industri minyak global, dengan Hindia Belanda sebagai salah satu panggung utamanya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: JURNAL THE BEGINNING OF THE ROYAL DUTCH/SHELL AND STANDARD O