Ilustrasi wanita pribumi yang menjadi babu. (Wikipedia)
INDOZONE.ID - Kehidupan kolonial Hindia Belanda sering kali dikaitkan dengan dominasi elit Eropa dan sistem birokrasi yang ketat.
Namun, di balik kemewahan rumah tangga kolonial, terdapat kelompok pekerja yang jarang mendapat sorotan sejarah: para pembantu rumah tangga bumiputra.
Mereka menjalankan tugas-tugas domestik yang melelahkan, sering kali dalam kondisi kerja yang tidak adil.
Artikel ini mengungkap kisah para pembantu rumah tangga di abad ke-19, mulai dari peran mereka dalam rumah tangga kolonial hingga perlakuan yang mereka terima dari majikan.
Baca Juga: Kisah Mistis Rawa Pengantin: Legenda Siluman, Tragedi Pasangan Malang, hingga Pesugihan
Pada pertengahan abad ke-19, meningkatnya jumlah pekerja dan pejabat Eropa di Hindia Belanda membawa perubahan dalam kehidupan domestik mereka.
Dengan jadwal kerja yang padat, mereka sangat bergantung pada tenaga pembantu rumah tangga. Pembantu rumah tangga di Hindia Belanda memiliki tugas yang beragam, tergantung pada jenis pekerjaan mereka:
Majikan sering kali memiliki lebih dari satu pembantu di rumahnya, terutama jika mereka berasal dari kalangan kaya. Dalam beberapa kasus, jumlah pembantu menjadi simbol status sosial pemilik rumah.
Baca Juga: Kisah Tragis Sharon Tate: Aktris Berbakat yang Tewas di Tangan Sekte Sesat
Kehidupan para pembantu rumah tangga di Hindia Belanda tidak selalu mudah. Mereka bekerja dalam waktu yang panjang setiap harinya, dengan tugas beragam seperti membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian, serta merawat anak majikan.
Fasilitas yang mereka dapatkan juga terbatas. Biasanya, mereka tidur di tempat sederhana dan hanya menerima makanan seadanya dari majikan.
Upah yang diberikan bervariasi tergantung pada lokasi dan keterampilan mereka, tetapi umumnya tidak terlalu besar.
Dalam perkembangannya, beberapa pembantu memiliki keahlian khusus, seperti juru masak yang lebih terampil, sehingga mereka dapat memperoleh posisi yang lebih baik dalam rumah tangga kolonial.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Mukadimah Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial