Dalam peristiwa G30SPKI ternyata terdapat kisah Aidit dan Mbah Suro di padepokan misterius.
INDOZONE.ID - Partai Komunis Indonesia (PKI) memiliki sejarah panjang di Indonesia, yang mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan Dipa Nusantara Aidit sebelum akhirnya runtuh pasca-tragedi Gerakan 30 September 1965 (G30S).
DN Aidit, sebagai salah satu tokoh utama PKI, memainkan peran penting dalam membangun pengaruh partai tersebut di kancah politik nasional, sebelum akhirnya PKI dibubarkan dan Aidit dieksekusi tanpa sempat diadili.
Baca Juga: Deretan Peristiwa PKI di Kediri, Salah Satunya Kisah Santri Komar yang Kebal dari Serangan Komunis
DN Aidit lahir di Tanjung Pandan, Belitung, pada 30 Juli 1924, dengan nama asli Ahmad Aidit.
Ia berasal dari keluarga terpandang yaitu mulai kakeknya, Haji Ismail, sukses sebagai pengusaha perikanan, sementara kakek dari pihak ibu, Agus Haj Abdurrahman, dikenal sebagai tuan tanah kaya.
Ayahnya, Abdullah bin Ismail, juga seorang tokoh agama, yang turut mendirikan organisasi Nurul Islam di Belitung, serta berjuang melawan pemerintahan kolonial Belanda.
Pada 1940, Aidit pindah ke Jakarta dan mulai aktif dalam dunia pergerakan politik.
Ia mendirikan Perpustakaan Antara di kawasan Senen, Jakarta, serta mempelajari Marxisme, ideologi yang pada masa itu belum dilarang di Indonesia.
Aidit menjalin hubungan dengan beberapa tokoh penting seperti Muhammad Yamin, Soekarno, dan Muhammad Hatta, serta bergabung dengan kalangan aktivis radikal di Asrama Mahasiswa Menteng 31.
Baca Juga: 6 Insiden Tragis 'September Hitam' di Indonesia: Dari Pembunuhan Munir hingga Tragedi PKI
Sosok Pemimpin PKI, Dipa Nusantara Aidit. (Wikipedia)
Aidit mulai dikenal luas setelah terlibat dalam Peristiwa Rengasdengklok, menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube