INDOZONE.ID - Pada 1 Juni 2017, seorang korban laki-laki berumur 18 tahun terbangun untuk melihat dirinya sedang diperkosa oleh pria berusia 36 tahun bernama Reynhard Sinaga.
Sang korban tidak mengingat begitu banyak hal, selain bincangan antara dirinya dan pelaku, serta ajakan Reynhard untuk pergi ke apartemennya yang tidak jauh dari klub.
Polisi pun menangkap Reynhard di apartemennya yang terletak di Manchester, Inggris. Tidak hanya menangkap pelaku, polisi juga mengumpulkan barang bukti lainnya yang mengungkap aksi bejat Reynhard kepada hampir 48 korban pria lainnya.
Baca Juga: Kisah Akku Yadav, Pemerkosa asal India yang Mati Dieksekusi Korbannya Pakai Alat dan Bumbu Masak
Reynhard dijatuhkan hukuman seumur hidup atas perilaku bejat yang telah dilakukannya selama 10 tahun.
Latar Belakang Reynhard Sinaga
Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga merupakan anak laki-laki yang lahir di Jambi, pada 19 Februari 1983.
Dia berasal dari keluarga Katolik konservatif. Ayah Reynhard bekerja di sebuah bank yang kemudian pindah ke sektor kelapa sawit.
Reynhard tumbuh besar di daerah Depok, Jawa Barat. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Indonesia mengambil jurusan Teknik Arsitek pada 2006.
Kemudian, ia memutuskan untuk melanjutkan studi pascasarjananya di University of Manchester, Inggris pada 2007. Ia lulus dari jurusan Tata Kota pada 2009 dan Sosiologi selang dua tahun kemudian.
Pada 2012, Reynhard mengambil gelar doktor dalam jurusan geografi manusia di University of Leeds, tetapi tidak sempat diselesaikan.
Jauh dari keluarga, tidak membuat Reynhard berhenti beribadah. Ia merupakan anggota jemaat yang sangat aktif di Gereja St. Chrysostom. Semasanya merantau di Inggris, Reynhard tinggal secara terbuka sebagai pria gay.
Reynhard Sinaga dan Apartemennya di Princess Street
Kasus Reynhard Sinaga mengguncang berbagai macam pihak. Akan tetapi, seluruh orang, termasuk pihak kepolisian, pun bingung bagaimana cara Reynhard bisa memperkosa korban tanpa diketahui?
Korban Reynhard tidak hanyalah laki-laki homoseksual (gay), tetapi laki-laki heteroseksual (straight) juga menjadi sasaran bagi Reynhard.
Korbannya berusia antara 13 hingga 35 tahun yang berprofesi sebagai mahasiswa hingga anggota Angkatan Udara Kerajaan Inggris.
Reynhard akan memilih korban secara acak. Akan tetapi, kesamaan yang dimiliki oleh seluruh korbannya, yaitu mereka sedang sendiri, mabu, serta rentan saat mereka sedang keluar malam di klub-klub Manchester.
Reynhard akan berusaha untuk membangun perbincangan, lalu menyarankan korban untuk mampir ke apartemennya untuk minum atau sekadar menggunakan charger handphone (hp).
Saat mereka tiba di apartemen Reynhard, ia akan meracuni minuman para korban menggunakan obat bius GHB yang mampu untuk menghilangkan memori pada malamnya.
Baca Juga: Daniel Camargo Barbosa: Anggap Wanita Tidak Setia, Berubah Jadi Pembunuh dan Pemerkosa 150 Gadis
Jika mereka sudah tidak sadar, Reynhard akan melakukan aksi bejat tersebut sambil merekamnya di hp untuk waktu cukup lama.
Sebagian korban terlihat terlelap pulas dan beberapa juga muntah saat Reynhard melakukan aksi pemerkosaannya.
Sayangnya, tidak ada korban yang mengingat kejadian pada malam itu. Beberapa korban merasa malu dan meminta maaf karena bermalam di apartemen kecil di Princess Street itu.
Namun, beberapa di antaranya menjalin hubungan yang baik dengan Reynhard melalui teks ataupun Facebook.
Kejadian pada 1 Juni 2017
Namun, kejadian pada 1 Juni 2017 merupakan titik balik dari kejahatan Reynhard sebagai pelaku kejahatan seksual.
Reynhard menunggu korbannya di salah satu klub di Manchester, Factory. Pada pukul 12.30 dini hari waktu setempat, Reynhard berbincang dengan korban yang berusia 18 tahun.
Sang korban merupakan mahasiswa yang gemar musik. Reynhard pun mengajak mahasiswa itu ke apartemen untuk membantu sang korban menghubungi teman-temannya.
Sang korban tidak mengingat banyak hal selain mengetahui dirinya terbangun dari tidur, lalu menyadari Reynhard sedang berada di atasnya sambil melecehkan korban dalam kondisi telanjang.
“Saat ia (korban) terbangun, yang terekam dalam video, korban sedang menghadap ke bawah dengan celana serta pakaian dalamnya di daerah lutut dan sang pelaku sedang melecehkannya.” kutip pihak kejaksaan saat persidangan.
Reynhard menggigit korban dan sang korban berusaha untuk membela dirinya. Untungnya, sang korban berhasil kabur, lalu menghubungi pihak kepolisian.
Dapat Hukuman Seumur Hidup
Awalnya sang korban sempat ditahan oleh kepolisian akibat pukulan terhadap Reynhard cukup kencang. Kepolisian pun mengambil iPhone yang dikantongi oleh sang korban. Ternyata, hp tersebut milik Reynhard.
Di dalamnya, terdapat begitu banyak rekaman penyerangan seksual. Di dalam apartemennya pun, ditemukan hp kedua dan laptop yang berisi lebih banyak video.
Pihak kepolisian terpaksa harus mengidentifikasi lebih dari 190 korban yang tidak sadar dalam berbagai rekaman. Akan tetapi, sejauh ini, mereka baru melacak lebih dari setengah jumlah korban.
Dari Januari 2015 hingga Juni 2017, polisi mengidentifikasi 159 pelanggaran seksual terhadap 48 pria.
Ia divonis bersalah atas 136 tuduhan pemerkosaan, 14 penyerangan seksual, delapan tuduhan percobaan pemerkosaan, dan satu tuduhan penyerangan melalui penetrasi.
Mirisnya, para korban yang tadinya tidak mengetahui kejahatan tersebut, diverifikasi kembali oleh pihak kepolisian dari 2017 hingga dua tahun ke belakang.
Saat proses sidang, Hakim Suzanne Goddard mengklaim Reynhard sebagai pemerkosa berantai yang menargetkan laki-laki muda dan dia sama sekali tidak menunjukan rasa bersalah atas perbuatannya.
Pembelaan Reynhard sendiri menekankan, bahwa korban telah menyetujui untuk berhubungan intim.
Dia juga menambahkan, bahwa para korban tidak pingsan, tetapi hanya berpura-pura mati untuk mendapatkan fantasi mereka sendiri.
Klaim tersebut ditolak oleh hakim sehingga Reynhard pun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan masa kurungan minimal 30 tahun.
Itu menjadikan Reynhard sebagai pelaku kejahatan seksual paling produktif sepanjang sejarah hukum Inggris.
Penulis: Gadis Kinamulan Esthiningtyas
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Independent.co.uk