Oesin Bestari Sosok Terpidana Pertama Pembunuh 25 Pedagang Secara Brutal Demi Rampas Uang dan Barang Berharga
INDOZONE.ID – Oesin Bestari atau Husein bin Umar Batfari merupakan sosok pembunuh berantai yang membunuh para korbannya dengan cara kejam, Ketika dibawa oleh polisi ia berparas tua dan kurus.
Ia muncul dari penjara bekas peninggalan persekutua dagang Belanda atau VOC. Umur Oesin tak diketahui pasti, tapi yang diketahui hanyalah ia sosok pembunuh berantai yang telah membunuh dari tahun 1961 – 1964.
Ia divonis hukuman mati oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surabaya. Pria keturunan Arab ini telah menjalani masa tahanan selama 14 tahun setelah pembunuhannya terhadap para korban secara brutal.
Ketika hidup di penjara, Oesin disebut sebagai narapidana teladan. Pasalnya, ia menjadi penjahit sukses karena orderan yang didapatkannya ketika berada di penjara.
Ia juga membantu para sipir dalam mencegah pelarian beberapa tahanan kalisoso. Walau teladan, tapi tetap membuatnya harus dieksekusi mati berkat kesalahannya di masa lampau.
Baca Juga: Hubungan Dekat Ir Soekarno dengan Nyi Roro Kidul Diduga Sampai Menikah Demi Bisa Menguasai Lautan
Dilansir dari YouTube KRONIK NUSANTARA.Oesin dibawa oleh petugas sipir pada 14 September 1978 dimana ia dibawa ke pantai Kenjeran, Surabaya dan telah ditunggu oleh satu regu tembak dari Komando Daerah Kepolisian (Kodak) X Jawa Timur (Polda Jatim).
Kemudian, Oesin diikat dan digiring menuju tiang kayu yang mana telah ditancapkan ke pasir pantai. Kedua tangan yang sudah tak bisa bergerak itu diikat ke belakang dengan menggunakan tiang tersebut.
Permintaan terakhirnya ia meminta ke seorang Ustadz untuk menjaga adiknya dengan julukan Mamak atau Alwi bin Umar Batfari.
“Tolong ya bisa dijaga adik saya si Mamak,” pinta Oesin.
Mamak diketahui telah terlibat dalam semua aksi kejahatan kakaknya itu, sehingga bahkan dipenjara sampai 20 tahun lamanya. Dengan mata tertutup kain hitam.
Komandan regu tembak melakukan eksekusi mati terhadap Oesin dan timah panas telah menembus jantung Oesin hingga terkulai jatuh ke tiang kayu.
Menjelang waktu subuh, Dokter telah menyatakan kalau Oesin sudah tak bernyawa lagi. Jasadnya itu dibawa oleh ambulans untuk dibawa ke rumah sakit.
Ketika diautopsi, jenazah Oesin kemudian dibawa ke pemakaman umum di Kawasan Gubeng untuk kemudia dikuburkan.
Kebrutalan Tingkat Laku Oesin Dalam Membunuh Korbannya
Oesin sangat begitu sadis ketika menghabisi nyawa beberapa rekan bisnisnya selama 3 tahun dari 1961 – 1964. Adapun kisah kebrutakan Oesin ini telah ditulis dalam buku berjudul “Oesin Pendjagal Manusia” karya Ham Djoe Hio pada 1964 dan juga menjadi laporan Jacob Vredenbregt yang telah dimuat dalam majalah Bzzlletin pada edisi 22 tahun 1992 – 1993 dengan judul “Hoesin bin Oemar Batfari, handa handelaar in huiden” (Husin bin Oemar Batfari, Pedagang Kulit).
Adapun pembunuhan yang dilakukan oleh Oesin itu terungkap ketika petugas keamaann bernama bayan sedang melakukan patroli di Desa Seduri, Mojosari, Mojokerto, pada Senin,11 Mei 1964 dan kemudian mendapatkan laporan kalau telah ada suatu keributan dan suara yang begitu aneh mirip hewan dicekik dari rumah Oesin yang dikenal waktu itu sebagai pedagang kulit kambing.
Merasa penasaran, kemudian petugas keamanan akhirnya mendatangi rumah Oesin untuk mengetahui sebenarnya ada apakah gerangan suara tersebut. Pintu rumah itu diketuk dan keluarlah Oesin dengan menjelaskan suara apa itu, dan ia mengaku kalau itu berasal dari temannya yang sakit perut.
Baca Juga: Oven Homicide: Kasus Pembunuhan Legendaris Finlandia, Korbannya Ditemukan di Dalam Tungku Perapian
Petugas keamanan tak menaruh rasa curiga dari ucapan Oesin dan pergi saja melanjutkan patroli. Tapi, kemudian mereka selang tak berapa lama mendengar suara teriakan yang aneh.
Kemudian, mereka mengintip celah rumah itu dan kaget ketika melihat Oesin menyiksa seorang pria dengan kejam.
Merasa ketakutan, petugas keamanan itu segera ke kantor Polisi untuk melaporkan yang terjadi. Polisi ketika mendobrak pintu rumah Oesi mendapati tangan Oesin dan adiknya berlumuran darah dan melihat ada tubuh korban sedang terbujur kaku di ranjang.
Polisi mengindentifikasi kalau korban itu bernama Masfud, dimana seorang pedagang emas asal Kauman, Mojokerto.
Oesin sebenarnya sempat menyogok pihak polisi dengan memberikan sekitar Rp 1,5 juta untuk tutup mulut, tapi polisi menolak dengna tegas dan membawa Oesin serta adiknya ke kantor Polisi.
Masfud ini ternyata korban terakhir dari pembunuhan dilakukan Oesin dan sudah ada banyak korban lainnya yang dibunuh. Ingin membenarkan perkataan Oesin, pihak Polisi menyelidiki rumah tersebut dan menemukan darah menggumpal di seluruh dinding dan lemari.
Sementara itu, dilantai rumah juga terlihat bekas galian, Oesin mengaku kalau ada 3 mayat yang dikubur di dalam rumah.
Bagaimana bisa Oesin hidup besama mayat dan tempat itu telah ditemukan dengan korban bernama Ramelan, Soepardi, dan Soewandi. Oesin juga membunuh para korban lainnya yang ia buang mayatnya ke Sungai Brantas.
Para korban itu dibawa menggunakan truk atau mobil sewaan, Oesin ketika tidak menemukan mobil sewa kemudian meminta adiknya dan pembantu untuk segera menguburkan korban dengan kaki bawah diikat kebagian paha agar bisa ditekuk dan tidak perlu menggali dengan lubang lebih besar.
Polisi juga telah menemukan 9 korban lainnya di Jalan Kalimati Gang II di Desa Jagalan, Kecaamtan Kranggan,Mojokerto dan juga rumah Alwi di Kauman. Sehingga, jumlah korban mencapai 25 orang.
Oesin memilih para korbannya yang mana pedagang dikenalnya di pasar lokal, ia imingin para korban kalau bisa mendapatkan keuntungan besar dengan bisnis dagang kulit, pupuk, dan emas serta komoditas lainnya. Banyak yang tergiur dengan barang ditawarkan, tapi ada juga yang pintar mengetahui niat jahat Oesin.
Baca Juga: Misteri Kasus Sungai Bodom, Pembunuhan Sadis yang Tak Terungkap Hingga Kini
Para korban itu dibawa ke rumah Oesin kemudian disuguhi kopi atau teh yang kemudian diajak ngobrol dengan Alwi dan Iteng. Sedangkan,Oesin bersembunyi tuh dibalik tirai untuk awasin situasi.
Oesin kemudian memukulkan kepala korban dengan lesung atau besi potongan dan korban tewas seketika ditempat.
Namun, berbeda dengan Masfud yang sudah merasa ada sesuatu yang janggal dan mengajar Oesin. Tapi, ia menjerit karena dianiaya Oesin the Gank. Jeritannya itu terdengar oleh para warga.
Atau Oesin bisa juga mengajak para calon korbannya ke rumahnya di Desa Jagalan, Kecamatan Kranggan, Mojokerto. Ia meminta para keluarganya seperti saudara perempuan, ibu, dan istri bernama Rafian untuk mengungsi ke rumah kerabatnya agar aksinya itu tidak diketahui.
Oesin berbicara ke keluarganya termasuk membohongi ibunya kalau ia meminta mereka pindah karena ingin menunggu datangnya mitra dagang dan tidak boleh diganggu siapapun.
Oesin langsung membawa calon korbannya ke Seduri atau Jagalan menuju ke Sungai Brantas.
Kemudian, Oesin tak menunggu waktu lama langsung menusukkan pisau ke korban dan merampas harta benda mereka dan membuang mayatnya ke sungai tersebut. Mayat tak dikenal itu sampai dikubur di Sungai Brantas dengan ditulis nisan “Tak Dikenal”.
Dikabarkan kalau Oesin ini merupakan bagian dari kelompok bertentangan dengan KPI atau Masyumi. Sementara para korbannya itu simpatisan KPI, tapi tuduhan itu semua tak terbukti dan tak diketahui pasti.
Baca Juga: Deretan Kasus Tak Terpecahkan di Indonesia, Salah Satunya Pembunuhan Akseyna yang Sudah 9 Tahun
Para Korban yang Dibunuh Oesin
Korban Oesin itu dari lokal, keturunan Tionghoa dan Arab. Diketahui, korban pertama dibunuhnya bernama Djuli berusia 26 tahun, seorang warga Tulungagung yang dibunuh pada Mei 1961.
Hartanya berupa uang senilai Rp 80 ribu, jam tangan merk Wino, 1 kalung emas, dan 2 gelang emas telah dirampas oleh Oesin.
Korban kedua bernama Djajadi umur 27 tahun asal Kediri yang dibunuh pada tahun 1961, mayatnya itu dibuang ke Sungai Brantas juga dan uangnya dirampas Rp 75 ribu, emas seberat 50 gram.
Kemudian ada korban bernama Siram umur 31 tahun asal Jombang yang dibunuh pada Juli 1961 dan uang sekitar Rp 47 ribu dan sepeda merk Gazelle dan jam tangan dicuri Oesin.
Ada juga Sarwi berumur 32 tahun asal Jombang yang dibunuh pada tahun 1961 dan barangnya sekitar Rp 150 ribu dirampas, jam tangan merk Titus, dan cincin dirampas Oesin.
Dengan kejinya selain dibuang ke Sungai, Oesin juga membuang para mayat itu ke selokan dan tumpukan sampah, seperti yang dialami Jazid bin Mari berumur 50 tahun yang dibunuh pada tahun 1963 yang ketika dibunuh sedang musim hujan sehingga dibuang ke tumpukan sampah yang digenangin air dan dibebani dumbel seberat 40 kg.
Oesin sebenarnya sempat mengajukan pengampunan kepada Presiden Soeharto pada 1977, tapi ditolak. Hingga ia dieksekusi mati pada 14 September 1978.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube KRONIK NUSANTARA