INDOZONE.ID - Kawasan Laut Jawa telah menjadi salah satu persilangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dari aktivitas perdagangan Nusantara.
Di kawasan ini telah ada jalinan hubungan dagang sebelum datangnya bangsa Barat.
Laut Jawa ditempatkan sebagai salah satu aktivitas berlayar dan berdagang dengan tujuan menyusuri Pantai Utara Jawa.
Setelah Compagnie van Verre yang berpangkal di Amsterdam menyelenggarakan ekspedisi pertama, yang dipimpin oleh Cornelius de Hautman dan pertama kali tiba di Banten pada tahun 1596, mereka disambut baik dan ramah oleh penguasa-penguasa Banten.
Namun, adanya persaingan dagang dengan pihak setempat, Belanda merebut Jayakarta pada tahun 1619.
Setelah Jayakarta berganti nama menjadi Batavia, Belanda berkuasa penuh di wilayah Batavia.
Baca Juga: Robin Hood dari Batavia: Kisah Singat Perbanditan di Jakarta pada 1870-1900
Kumpulan dagang atau VOC di Batavia membangun Pelabuhan dengan menyediakan bandar Pelabuhan Batavia.
Selama Batavia berada dibawah penguasaan VOC, dunia pelabuhan, khususnya Sunda Kelapa menjadi perhatian dan andalan bagi operasional perdagangan dan dunia maritim.
Saat VOC runtuh pada tahun 1799, status dari Hindia Timur berubah menjadi Hindia Belanda. Pada masa ini terjadi pembangunan Jalan Raya Pos yang menghubungkan antara Anyer sampai Panarukan, yang menjadi arti penting bagi dunia maritim dan perdagangan di Jawa.
Munculnya Pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai utara Jawa juga menjadi proses panjang dari pembangunan jalan tersebut.
Pelabuhan Batavia menyedikan Syahbandar untuk menarik bea cukai hingga jumlah barang dagangan dapat diketahui dan dicatat di dalam negeri Batavia.
Hal tersebut sebagai tindakan pengawasan barang-barang dagangan yang keluar-masuk di Pelabuhan Batavia.
Selain itu, Batavia dapat menjalin hubungan dagang dengan pihak asing agar dapat menjalin akses perdagangan maritim.
Kegiatan perdagangan maritim merupakan warisan dan penerus ekonomi orang Pribumi dan Melayu yang telah berjalan berabad-abad silam.
Baca Juga: Sisi Gelap Batavia, Jejak Prostitusi di Jakarta Semasa Masih Jadi Kota KolAonial
Batavia dikenal sebagai penggerak roda ekonomi dan pantai yang berdekatan dengan Selat Sunda yang mempunyai nilai lebih dan istimewa dan didukung dengan sungai Ciliwung.
Dalam perkembangannya, terutama pada abad ke-19, Pelabuhan Batavia memainkan peran yang penting dalam sistem perdagangan kolonial Hindia Belanda.
Pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan serta menjadi titik yang strategis untuk melakukan kegiatan ekspor hasil bumi dari Nusantara ke pasar-pasar global, terutama ke wilayah Eropa.
Pelabuhan Batavia juga menjadi bagian dari jaringan pelayaran yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar lainnya di Asia Tenggara, seperti Makassar dan Surabaya, serta pelabuhan internasional seperti Singapura.
Pelabuhan Batavia juga menyediakan kapal-kapal untuk berlayar dan melakukan kerjasama transaksi perdagangan di sepanjang Pantai Utara Jawa.
Batavia sebagai kota pelabuhan juga memiliki pelayanan bongkar muat barang yang meliputi: pekerja pelabuhan (buruh), muatan barang, penerimaan barang, dan pengiriman barang.
Hingga pelabuhan batavia dijadikan tempat transit kapal-kapal dagang dan perahu dari segala penjuru Dunia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Sejarah Dan Pendidikan Sejarah