INDOZONE.ID - Perbudakan telah lama menjadi sumber konflik yang mendalam dalam sejarah dunia Barat, mendorong munculnya gerakan besar untuk menghapus praktik tersebut.
Salah satu tokoh utama dalam perjuangan ini adalah Harriet Tubman, seorang mantan budak kulit hitam yang berperan vital dalam memperjuangkan kebebasan
Hal ini ia lakukan melalui Underground Railroad, jaringan persembunyian bawah tanah yang membantu budak melarikan diri ke wilayah yang bebas perbudakan.
Kehidupan Awal Harriet Tubman
Harriet Tubman lahir sekitar tahun 1820 di perkebunan milik seorang pemilik budak di Dorchester County, Maryland.
Orang tuanya, Harriet (Rit) Green dan Benjamin Ross, memberi nama asli Araminta Ross, yang sering dipanggil "Minty."
Harriet memiliki delapan saudara kandung, namun perbudakan memisahkan mereka satu per satu, meski ibunya berusaha menjaga mereka tetap bersama.
Pada usia lima tahun, Harriet mulai bekerja sebagai pengasuh bayi. Setiap kali bayi menangis, ia dihukum dengan cambukan yang meninggalkan luka fisik dan emosional yang mendalam.
Keinginan untuk memperjuangkan keadilan mulai muncul ketika ia berusia 12 tahun, saat ia melihat seorang mandor hendak melemparkan benda berat ke seorang budak yang melarikan diri.
Harriet berdiri di depan budak tersebut, dan benda itu justru mengenai kepalanya, menyebabkan cedera serius yang mempengaruhi kesehatannya, termasuk sakit kepala kronis dan narcolepsy (sering tertidur tiba-tiba).
Baca Juga: Joseph Cinque, Mantan Budak yang jadi Pahlawan di Sierra Leone
Pada sekitar tahun 1844, Harriet menikah dengan John Tubman, seorang pria kulit hitam yang bebas, dan mulai menggunakan nama belakang Tubman.
Namun, pada tahun 1849, setelah mengetahui bahwa dirinya kemungkinan akan dijual dan terpisah dari keluarganya, Harriet memutuskan untuk melarikan diri ke Philadelphia, sebuah negara bagian yang telah menghapus perbudakan.
Konduktor Underground Railroad
Setelah mencapai kebebasan, Tubman tidak hanya tinggal diam. Ia kembali ke wilayah Selatan berulang kali untuk menyelamatkan keluarganya dan budak lainnya.
Hal ini ia lakukan melalui Underground Railroad, sebuah jaringan jalur persembunyian dan rumah aman yang membantu budak melarikan diri ke wilayah bebas perbudakan.
Selama sepuluh tahun berikutnya, Tubman menjadi konduktor utama dalam jaringan ini, memimpin sekitar 13 misi penyelamatan dan membawa sekitar 70 orang menuju kebebasan.
Tubman menggunakan perjalanan malam untuk menghindari pengejaran dan sering menggunakan bintang utara sebagai panduan.
Ia dikenal sangat berhati-hati dan tegas dalam menjalankan misinya, bahkan mengancam untuk tidak membiarkan siapa pun mundur karena itu dapat membahayakan seluruh kelompok.
"Saya tidak pernah membiarkan kereta saya keluar jalur dan tidak pernah kehilangan satu penumpang pun," katanya.
Karena keberaniannya, Tubman dijuluki "Musa," merujuk pada tokoh Musa dalam Alkitab yang memimpin umatnya menuju kebebasan.
Aktivis Selama Perang Saudara
Ketika Perang Saudara Amerika pecah pada tahun 1861, Tubman bergabung dengan Angkatan Darat Union sebagai juru masak, perawat, mata-mata, dan bahkan pemimpin misi militer.
Salah satu aksi paling terkenal yang dipimpinnya adalah serangan di Combahee Ferry di Carolina Selatan, yang membebaskan lebih dari 700 budak dari perbudakan.
Baca Juga: Kampanye Huaihai: Penentu Akhir dalam Perang Saudara Tiongkok
Tubman adalah wanita pertama yang memimpin ekspedisi militer dalam sejarah AS, dan perannya dalam perang membuatnya dihormati di kalangan pasukan Union, serta menjadi simbol perjuangan bagi kebebasan dan hak-hak sipil.
Kehidupan Setelah Perang
Setelah berakhirnya Perang Saudara, Tubman menetap di Auburn, New York, di mana ia menghabiskan sisa hidupnya.
Di sana, ia tetap aktif dalam berbagai gerakan hak-hak sipil dan perjuangan hak pilih perempuan, bekerja bersama aktivis-aktivis terkenal seperti Susan B. Anthony.
Tubman juga memperjuangkan bantuan untuk mantan budak yang terluka selama perang.
Harriet Tubman meninggal pada 10 Maret 1913 akibat pneumonia. Meskipun ia telah meninggal, warisannya tetap hidup dan diabadikan dalam berbagai sekolah, monumen, dan museum.
Kisah hidupnya terus dikenang melalui berbagai buku, film, dan dokumenter yang menggambarkan perjuangannya dalam menghapus perbudakan dan memperjuangkan kebebasan serta kesetaraan bagi semua orang.
Harriet Tubman bukan hanya pahlawan bagi komunitas kulit hitam di Amerika, tetapi juga simbol perjuangan kemanusiaan yang tak kenal lelah untuk keadilan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Hobson, J. (2014). Harriet Tubman: A Legacy Of Resistance.