INDOZONE.ID - Revolusi Xinhai, atau yang dikenal sebagai Revolusi 1911, mengakhiri kekuasaan Dinasti Qing yang telah berkuasa selama lebih dari dua abad.
Berbagai faktor mendorong revolusi ini, mulai dari kelemahan dalam negeri hingga tekanan luar yang semakin meningkat.
Salah satu akar masalahnya berasal dari upaya Inggris menyelundupkan candu ke Tiongkok pada awal abad ke-19.
Baca Juga: Mengenal Kappa, Sosok Penjaga Sungai dalam Mitologi Jepang
Hal ini memicu ketegangan besar, yang berujung pada dua Perang Candu (1839-1842 dan 1856-1860).
China yang kalah dalam perang-perang ini, terpaksa menyerahkan wilayah serta hak dagang penting kepada negara-negara Barat, yang semakin memperlemah posisi Dinasti Qing.
Situasi internal pun memburuk. Kegagalan pemerintah Qing dalam menghadapi tekanan asing, ditambah ketidakpuasan rakyat, menciptakan keretakan yang dalam.
Upaya memodernisasi negara pun terbukti gagal.
Baca Juga: Fasisme: Ideologi yang Mengubah Sejarah Menjadi Tragedi
Perang dengan Jepang pada 1894-1895 yang berakhir dengan kekalahan, serta gagalnya Gerakan Seratus Hari pada 1898, menegaskan ketidakmampuan Dinasti Qing untuk menyesuaikan diri dengan zaman yang berubah cepat.
Peran Sun Yat-sen dalam Revolusi
Mengutip Jurnal Sejarah dan Pengajarannya e-ISSN 2962-4207 Vol. 2 No. 2, 2023, Deskripsi dan Analisi Tentang Peranan Sun Yat-sen dan jalannya Revolusi China, Sun Yat-sen adalah salah satu tokoh utama di balik Revolusi Xinhai.
Awalnya, ia mencoba memperjuangkan reformasi dengan jalan damai. Namun, setelah upaya petisinya ditolak oleh pejabat Qing, ia beralih pada revolusi.
Sun mendirikan Hsing Chung Hui, organisasi yang bertujuan menggulingkan Dinasti Qing dan membangun sebuah republik.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Seppuku sebagai Kematian Terhormat Prajurit Jepang
Ia juga mengembangkan Tiga Prinsip Rakyat atau *San Min Chu I—nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat, sebagai dasar pemikiran revolusi.
Mengapa Revolusi Terjadi dan Dampaknya
Revolusi ini tidak terjadi begitu saja. Bertahun-tahun ketidakpuasan terhadap Dinasti Qing telah menumpuk, diperparah oleh kekalahan dalam perang, ketidakmampuan reformasi, dan kemiskinan yang meluas.
Revolusi Xinhai menjadi titik balik besar dalam sejarah China, dan menandai berakhirnya era kekaisaran pada 1 Januari 1912 dan lahirnya Republik China.
Dampak revolusi ini sangat besar. Selain berakhirnya Dinasti Qing, Revolusi Xinhai juga melahirkan kebangkitan nasionalisme di China.
Hal ini memicu gerakan politik baru, seperti Kuomintang dan Partai Komunis China, serta menginspirasi gerakan kemerdekaan di Asia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Sejarah Dan Pengajarannya