INDOZONE.ID - Ini adalah kisah tentang Elisa Bravo Jaramillo de Bañados, seorang wanita yang merupakan penumpang kapal Joven Daniel.
Kapal tersebut merupakan milik Armada Laut Cile. Sebelumnya kapal tersebut bernama "Soverence" dan digunakan untuk pertama kalinya di tahun 1831. Selang 7 tahun kemudian, "Soverence" pun berganti nama menjadi Joven Daniel dan mulai digunakan sebagai kapal perang armada Cile di masa Perang Konfederasi.
Kapal ini menjadi perbincangan saat melakukan perjalanan dari Valdivia ke Valparaiso di awal Agustus 1849. Kapal ini mengalami kecelakaan dan terdampar di kawasan Araucania.
Baca Juga: Rhythm 0: Eksperimen Kontroversial yang Mengungkap Sisi Gelap Manusia
Kabar tentang kecelakaan kapal tersebut sampai di telinga pemerintah Cile lewat laporan Santiago Millaguir, seorang warga pribumi Cile yang berasal dari Suku Mapuche. Laporan Santiago bisa dibilang sudah sangat terlambat, karena Ia melaporkan temuannya 6 hari setelah bangkai kapal tersebut terdampar di Pantai Puancho.
Dalam temuannya, Santiago menemukan barang-barang milik terduga para penumpang kapal. Setelah ditelusuri lebih jauh, Santiago mendapat temuan lain yang mengejutkan.
Ada warga Suku Mapuche yang dengan teganya menghabisi nyawa penumpang yang masih anak-anak, selain itu mereka juga memperkosa para penumpang wanita yang masih selamat dari kecelakaan itu. Santiago pun langsung memberikan laporannya, namun Ia tidak menyebutkan secara spesifik kelompok Mapuche mana yang telah melakukan perbuatan keji itu.
Proses penyelidikan pun dilakukan. Dalam prosesnya, aparat berwenang Cile mengerahkan Joaquin Sayago. Hasilnya, Joaquin menemukan nama seorang kepala suku yang diduga sebagai pemimpin dari kelompok Mapuche yang melakukan aksi sadisnya kepada penumpang Joven Daniel.
Di sisi lain, Joaquin berhasil menciduk kelompok Toltén yang kedapatan mencuri barang-barang milik penumpang kapal Joven Daniel.
Joaquin melakukan pencarian makam dari penumpang kapal Joven Daniel yang dibunuh oleh Suku Mapuche. Namun, Joaquin masih belum menemukan makam tersebut.
Baca Juga: Menguak Kehidupan Aghori: Sekte Tantrik yang Kontroversial di India
Proses penyelidikan pun dilanjutkan dengan meminta bantuan kepada Miguel Jose Cambiazo, selaku perwakilan militer Cile. Dengan bergabungnya Miguel, proses penyelidikan ini berhasil mendapatkan sejumlah saksi lain yang mengaku melihat aksi sadis yang dilakukan oleh oknum Suku Mapuche.
Dari penuturan para saksi, semua keterangannya sejalan dengan laporannya Santiago. Bahkan, mereka juga mengkonfirmasi hasil temuannya Joaquin soal nama si kepala suku, yaitu Curin.
Usai mendapat informasi yang cukup, Presiden Cile saat itu, Manuel Bulnes mengirim prajuritnya yang dipimpin oleh Jenderal Jose Maria de la Cruz untuk menangkap para kepala suku yang berada di sekitar Araucania. Menjawab perintah Jenderal Jose, para Kepala Suku Mapuche yang ada di lokasi pun mampu berkoordinasi dengan baik.
Para Kepala Suku itu diadili oleh pengadilan untuk dimintai keterangan. Menariknya dalam proses persidangan tersebut, mereka mengaku tidak terlibat apa-apa dengan aksi pembunuhan dan pemerkosaan terhadap penumpang kapal Joven Daniel. Dan ternyata, diduga kalau kelompok Suku Mapuche yang melakukannya adalah kelompoknya Santiago sendiri.
Kasus ini dibuat semakin rumit dengan adanya tuntutan yang dilayangkan oleh salah satu saksi yang bernama Catalina Ayinman. Ia menuntut Miguel karena menuduh Pamannya, yaitu Curin, sebagai pelaku dari aksi kriminal yang menimpa penumpang kapal.
Baca Juga: Soeharto dan Tradisi Kejawen: Kisah Ziarah ke Gunung Srandil
Salah seorang prajurit Cile yang ikut dalam proses penyelidikan kasus ini bernama Jose Antonio Zúñiga, mengeluarkan sebuah tesis yang menyebut kalau kasus ini sengaja diadakan oleh pemerintah Cile untuk memancing konflik antara pemerintah dengan warga pribumi sebagai tindakan kolonialisme yang mereka lakukan di Araucania.
Tesis Zúñiga tersebut disanggah oleh Presiden Bulnes yang menyebut kalau tesis tersebut tidak ada korelasinya dengan tindakan kolonialisme yang dilakukannya.
Satu hal yang menjadi fokus utama dari kasus ini adalah soal Elisa Bravo, salah satu penumpang kapal Joven Daniel yang dijadikan model dalam lukisan "Naufragio del Joven Daniel" karya Raymond Monvoisin, seorang pelukis asal Perancis.
Baca Juga: Earl Tupper, Sang Bapak Tupperware
Elisa diketahui sebagai warga asli Valdivia, Cile, putri dari pasangan Miguel Bravo Aldunate dan Carmen Jaramillo. Sekitar 3 tahun sebelum kejadian, Elisa menikah dengan seorang saudagar bernama Don Ramon Bañados.
Saat kejadian, Elisa dan Ramon diduga membawa anaknya yang masih berumur beberapa bulan. Dalam ceritanya Elisa, nasib para penumpang yang selamat dari kecelakaan kapal Joven Daniel berbeda 180⁰ dengan versi laporannya Santiago.
Menurut penuturan salah satu penumpang, mereka ditolong oleh warga pribumi setempat sesaat setelah mereka terdampar. Di sana, mereka dijamu dengan baik oleh para warga pribumi. Tak hanya itu, para warga pribumi pun menjamin keamanan para penumpang yang masih selamat selama mereka berada di Araucania.
Baca Juga: Kazuyoshi Miura, Pebisnis Jepang yang Tega Menghabisi Nyawa Istrinya saat Berlibur di Los Angeles
Konon katanya, Elisa termasuk sebagai salah satu penumpang yang selamat. Setelah kematian sang Suami akibat kecelakaan kapal tersebut, Elisa dikabarkan menikah lagi dengan salah satu warga pribumi dan melahirkan anak yang memiliki darah campuran.
Akan tetapi, ada versi cerita lain yang menyebutkan kalau Elisa termasuk salah satu penumpang selamat yang jadi korban pemerkosaan warga pribumi. Saat aparat berwenang Cile dikirimkan untuk mencari penumpang kapal yang masih selamat, Elisa dikabarkan sudah tewas dan jasadnya masih belum ditemukan sampai saat ini.
Masih ada versi lain dari cerita misteriusnya Elisa. Dalam sebuah berita yang ditulis di media The Times pada bulan Maret 1853, Elisa ditemukan oleh seorang pemuda yang selama ini ditugaskan untuk mencari Elisa. Dikabarkan kalau Elisa berada di London, Inggris dan bekerja di sebuah peternakan.
Seorang penjelajah bernama Guillermo Cox menyebut kalau Ia menemukan Elisa yang berakhir sebagai seorang budak. Ia dibeli oleh seorang Kepala Suku Mapuche bernama Calfucurá usai sebelumnya dimiliki oleh seorang warga asal Spanyol.
Calfucurá membeli Elisa dengan ratusan ekor Kuda. Selang 3 tahun usai dibeli, Elisa dikabarkan meninggal dunia.
Baca Juga: Serem! Ini 5 Tempat yang Dikenal Angker di Malang
Ada satu analisa yang menarik terkait kasus misterius ini. Di dalam bangkai kapal Joven Daniel, para penumpang membawa beberapa botol rum, yang mana minuman tersebut merupakan jenis minuman keras. Saat para penumpang diterima oleh warga pribumi, mereka memberikan beberapa barang bawaannya sebagai hadiah, termasuk botol rum itu.
Dalam catatan sejarah, Suku Mapuche dikabarkan pernah membantai warga Cile yang memiliki keturunan orang Spanyol. Sesaat sebelum melakukan aksinya, warga Suku Mapuche dikabarkan menenggak beberapa botol rum agar bisa melakukan pembantaian tersebut dengan lebih leluasa.
Dari situ, muncul sebuah kesimpulan kalau akibat hadiah rum itu, perlakuan warga pribumi mengalami perubahan yang sangat drastis. Semulanya mereka bersikap ramah terhadap para penumpang, kini mereka berubah bak hewan buas yang tidak segan-segan membunuh dan memperkosa mereka.
Baca Juga: Jeanne Baret, Wanita Pertama yang Berhasil Berlayar Keliling Dunia
Tapi bagaimanapun itu, keberadaan soal Elisa Bravo masih diperdebatkan sampai saat ini, mengingat kalau jenazahnya tidak pernah ditemukan di manapun.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia