Kategori Berita
Media Network
Selasa, 15 APRIL 2025 • 12:45 WIB

Disentri 1815 Pasca Lestusan Gunung Tambora: Tragedi yang Hampir Musnahkan Peradaban Dunia

Gunung Tambora

INDOZONE.ID - Sumbawa, 1815 – Letusan Gunung Tambora pada April 1815 mengguncang dunia, tetapi di Sumbawa, malapetaka tak berhenti di lava.

Abu yang menyelimuti langit mencemari air, memicu wabah disentri yang merenggut ribuan nyawa hingga 1816. Air yang dulu menghidupi kini jadi racun, menyisakan derita yang tak terbayangkan.

Latar Belakang: Awal dari Tragedi

Pada 10 April 1815, Gunung Tambora di Sumbawa meletus dengan kekuatan dahsyat, mencatatkan Indeks Daya Ledak Vulkanik 7—salah satu bencana terbesar dalam sejarah.

Ledakan itu memusnahkan Kerajaan Tambora dan Sanggar, menewaskan sekitar 10.000 orang akibat aliran piroklastik dan tsunami. Abu vulkanik menutupi langit, menyebabkan kegelapan tiga hari dan mencemari sungai serta mata air.

Ladang hancur, kelaparan melanda ribuan jiwa. Pada akhir 1815, air kotor, sanitasi buruk, dan pengungsi yang berdesakan menciptakan ladang subur bagi wabah disentri yang mematikan.

Baca Juga: Kisah Mistis Gunung Padang, Benarkah Jadi Piramida Tertua di Dunia dari Cianjur?

Fakta Wabah Disentri: Maut dalam Setiap Tetes

Air Berubah Jadi Racun: Pada akhir 1815, sungai-sungai di Sumbawa yang dulu jernih kini keruh oleh abu vulkanik dari letusan Tambora.

Abu ini menyuburkan bakteri Shigella, monster tak terlihat yang memicu disentri. Satu teguk air bisa berarti kematian, dan penduduk tak punya pilihan lain untuk minum.

Disentri dan Shigella Penyebabnya: Disentri adalah penyakit mematikan akibat infeksi bakteri Shigella, mikroba jahat yang berkembang di air kotor dan menyerang usus.

Gejalanya—diare berdarah, demam, dan kram perut—menyiksa tubuh hingga dehidrasi parah. Pada 1815-1816, tanpa obat modern, disentri menjadi hukuman mati bagi penduduk yang sudah rapuh.

Desa-Desa Jadi Perangkap: Wabah melesat dari Sumbawa ke Lombok dan Bali pada 1816. Di kampung-kampung penuh pengungsi, genangan air tercemar bagai jebakan, menyebarkan penyakit laksana asap yang tak terlihat.

Korban yang Terkubur: Letusan 1815 merenggut 10.000 nyawa seketika. Disentri menambah ribuan kematian lagi hingga 1816, namun jumlah pastinya lenyap dalam kegelapan sejarah.

Catatan Kelam: Pada 1815, pejabat Belanda mencatat, “Sumbawa bagai tanah mati.” Disentri bukan sekadar penyakit—ia adalah hantaman terakhir bagi mereka yang bertahan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: S F K Aka. (2020). Tambora Sebuah Perjalanan Visual

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Disentri 1815 Pasca Lestusan Gunung Tambora: Tragedi yang Hampir Musnahkan Peradaban Dunia

Link berhasil disalin!