Kategori Berita
Media Network
Minggu, 10 NOVEMBER 2024 • 13:34 WIB

Kisah Ki Hajar Dewantara Menantang Kolonial Lewat Tulisan: Seandainya Saya Seorang Belanda

Ki Hajar Dewantara dan esainya yang berjudul Seandainya saya seorang Belanda.

INDOZONE.ID - Ki Hajar Dewantara, yang lahir dengan nama RM Soewardi Soerjaningrat, adalah salah satu tokoh pergerakan nasional yang berjasa besar dalam memperjuangkan pendidikan rakyat Indonesia. 

Di bawah penindasan kolonial Belanda, Soewardi berjuang keras demi kesetaraan dan pendidikan yang merdeka untuk kaum pribumi.

Ketika Belanda merencanakan perayaan besar untuk memperingati 100 tahun kemerdekaannya dari Prancis, Soewardi melihat ironi besar di balik rencana itu.

Baca Juga: Faktor Runtuhnya Kekuasaan Kolonial Belanda di Indonesia: Dari Pergerakan Nasional hingga Dampak Perang Dunia II

Rakyat Indonesia, yang masih terjajah, diharapkan ikut berpartisipasi bahkan menyumbang secara finansial untuk perayaan tersebut. Merasa ini sebagai penghinaan, Soewardi bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ernest Douwes Dekker membentuk Comite Boemi Poetra untuk melawan ketidakadilan ini.

Mengutip buku Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangan, salah satu aksi yang paling dikenang adalah ketika Soewardi menulis esai berjudul Als ik eens Nederlander was atau Seandainya Saya Seorang Belanda.

Melalui tulisan ini, ia menantang pemerintah Belanda dan menyuarakan ketidakadilan yang dirasakan rakyat.

Baca Juga: Sejarah Hari Pahlawan, Kisah Heroik di Balik Peristiwa 10 November

Esai tersebut langsung memicu kemarahan penguasa kolonial. Sebagai hukumannya, Soewardi bersama Tjipto dan Douwes Dekker, yang dikenal sebagai “Tiga Serangkai,” diasingkan ke Belanda.

Dirikan Taman Siswa

Namun, masa pengasingan ini justru memperkuat tekad Soewardi. Setelah kembali ke Indonesia, ia mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara dan mendirikan Perguruan Taman Siswa pada 1922 di Yogyakarta.

Melalui lembaga ini, ia menciptakan sistem pendidikan yang membebaskan, berlandaskan prinsip “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”artinya di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan.

Semoyan itu memberi semangat membimbing, menginspirasi, dan memberi teladan bagi generasi muda.

Tantangan kembali datang ketika pemerintah kolonial mengeluarkan Wilde Scholen Ordonnantie atau Peraturan Sekolah Liar pada 1932 untuk membatasi sekolah-sekolah swasta.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Buku Ki Hajar Dewantara: Pemikiran Dan Perjuangan

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Kisah Ki Hajar Dewantara Menantang Kolonial Lewat Tulisan: Seandainya Saya Seorang Belanda

Link berhasil disalin!