Perlawanan klan Satsuma melawan tentara pemerintah Jepang
INDOZONE.ID - Saigo Takamori, yang sebelumnya mendukung Restorasi Meiji, merasa semakin kecewa dengan kebijakan pemerintahan baru yang dianggapnya mengancam nilai-nilai tradisional Jepang.
Bagi Saigo, prinsip-prinsip samurai seperti kehormatan, loyalitas, dan keberanian, semakin tergerus oleh proses modernisasi dan westernisasi yang digulirkan oleh pemerintahan Meiji.
Sistem feodal yang telah lama menjadi dasar kekuasaan Jepang, termasuk peran penting samurai dalam struktur militer, mulai digantikan dengan reformasi militer yang menghapuskan hak-hak istimewa mereka.
Ketidakpuasan ini memuncak pada Pemberontakan Satsuma yang meletus pada Januari 1877 di wilayah Satsuma, Jepang Selatan.
Pemberontakan ini merupakan respons langsung terhadap perubahan radikal yang terjadi pada era Meiji.
Salah satu simbol terbesar perubahan ini adalah penghapusan hak samurai untuk membawa pedang simbol kekuasaan dan kehormatan mereka, yang selama berabad-abad menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas mereka.
Baca Juga: Perang Genpei dan Kelahiran Kekuasaan Samurai di Jepang
Saigo Takamori, yang dahulu merupakan pendukung utama Restorasi Meiji, kini merasa bahwa pemerintah baru telah mengorbankan tradisi dan identitas Jepang demi modernisasi.
Ia melihat hal ini sebagai ancaman terhadap nilai-nilai samurai yang telah menjadi fondasi masyarakat Jepang.
Ketika pemerintah Meiji memperkenalkan kebijakan yang menghapuskan status samurai, termasuk hak-hak istimewa dan peran mereka dalam militer, Saigo memutuskan untuk melawan.
Pemberontakan Satsuma berlangsung selama beberapa bulan hingga mencapai klimaksnya pada September 1877, dengan pertempuran terakhir yang terjadi di Bukit Shiroyama.
Di sini, pasukan Satsuma yang dipimpin Saigo Takamori menghadapi pasukan pemerintah Meiji yang lebih modern dan dilengkapi teknologi militer terbaru.
Meski kalah jumlah dan terkendala persenjataan, Saigo dan pasukannya bertempur dengan gigih. Namun, mereka akhirnya harus mengakui kekalahan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Yates, C. L. (1994). Saigō Takamori