Nicolas Jacques Pelletier (kiri) dan Hamida Djandoubi (kanan)
Meski dilarang oleh Presiden Lebrun, tapi metode hukuman pancung di Perancis masih tetap diberlakukan. Namun, untuk prosesnya sendiri dilakukan secara tertutup.
Sampai di tanggal 10 September 1977, hari itu menjadi hari terakhir hukuman pancung diterapkan di Perancis. Sementara narapidana "beruntung" yang mendapat kesempatan itu adalah Hamida Djandoubi.
Ia adalah seorang pria asal Tunis, Tunisia kelahiran 22 September 1949. Ia menetap di kota Marseille sejak tahun 1968 dan bekerja sebagai penata taman. Selang 3 tahun kemudian, Hamida mengalami nasib buruk, dimana Ia harus kehilangan 2/3 bagian dari kaki kanannya akibat tergilas traktor.
Baca Juga: Siapakah Sosok Wanita yang Jadi Model Lukisan Mona Lisa? Ini Dia Jawabannya
Akibat kecelakaan itu, kaki kanan Hamida harus diamputasi, membuatnya depresi dan mulai bersikap temperamental. Sebagai bentuk pelariannya dari depresi, Hamida mulai menjadi seorang pecandu alkohol.
Dalam masa pemulihannya, Hamida dibantu oleh seorang suster bernama Elisabeth Bousquet. Akan tetapi, Hamida malah merasa tidak puas dengan penanganannya Elisabeth. Hingga di tahun 1973, Hamida bisa pulih dari kecelakaan yang Ia alami. Tapi, bukannya bersyukur, Ia malah memulai aksi kriminalnya.
Hamida menculik 2 orang gadis untuk dipaksa menjual diri. Jika mereka menolak, hukuman yang akan menimpa 2 gadis itu berupa sundutan rokok pada bagian dada dan kelaminnya.
Baca Juga: Kisah Biyung Tulung: Hantu Misterius yang Meneriakkan Minta Tolong
Pada 3 Juli 1974, Hamida yang masih kesal dengan Elisabeth, memutuskan untuk menculik sang suster ke rumahnya. Sama halnya dengan nasib 2 gadis yang diculik oleh Hamida sebelumnya, Elisabeth dipaksa untuk menjual dirinya kepada pria hidung belang.
Jika Elisabeth menolak, Ia akan mendapat sundutan rokok di bagian dada dan kelaminnya. Akan tetapi, Elisabeth terus memberontak, hingga akhirnya Ia menjadi korban nyawa pertama dari Hamida. Ia meninggal dengan cara dicekik.
Setelah itu, Hamida pergi keluar untuk membuang jasadnya Elisabeth. Ia menyembunyikan jasad itu di dalam sebuah gubuk.
Lokasi dimana Hamida menyembunyikan jasadnya Elisabeth
Baca Juga: Kisah Veteran Perang Dunia Asal Jerman yang Bantai Satu Sekolah Pakai Penyemprot Api dan Tombak
Hanya butuh waktu 4 hari bagi warga sekitar untuk menemukan jasadnya Elisabeth. Saat itu, ada seorang anak laki-laki yang sedang berada di sekitar gubuk. Karena penasaran usai melihat seseorang yang sedang "tertidur" di dalam gubuk, Ia menjadi penemu dari jasadnya Elisabeth.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia, Murderpedia.org, Tumblr @sonofhistory, European Reference Network