Di tahun 1828, Raden Inten I meninggal dan tahta pemimpin digantikan Raden Imba II.
Raden Imba II mempimpin Lampung selama tahun 1838 sampai 1834 menggantikan Raden Inten I. Raden Imba II banyak memimpin serangan pemberontakan kepada Belanda dan mencegah serangan Belanda di Lampung Selatan.
Di tahun 1834, Raden Imba II ditanggap dan diasingkan oleh Belanda ke Timor.
Bathin Mangunang mempertahankan Lampung selama 1817-1832 bersama Raden Inten I dan Raden Inten II. Bathin Mangunang berpengaruh di wilayah Teluk Semangka dan memperjuangkan daerahnya.
Baca Juga: Sosok Misterius Wanita Bercadar di Lampung yang Mengetuk Pintu Malam-Malam, Tak Cuma Satu!
Sayangnya, Bathin Mangunang ikut tertangkap Belanda bersama Raden Inten II ke Timor.
Raden Inten II, cucu dari Raden Inten I, memainkan peran penting dalam melawan penjajahan Belanda di Lampung. Raden Inten II menerima tahta “Ratu” pada tahun 1850. Raden Inten II mempersiapkan pertahanan dan keamanan Lampung dengan strategi pertahanan wilayah dan membangun benteng-benteng sebagai basis perlawanan.
Ilustrasi pelrawana masyarakat Lampung kepada Belanda. (Istimewa)
Raden Inten I yang memberontak, kemudian berdamai dengan Belanda dan membuat kesepakatan. Namun, pada Desember 1825, Gezakhebber Lelievre bersama Letnan Misonius datang ke Negara Ratu dengan maksud menangkap Raden Inten I untuk dibawa ke Teluk Betung.
13 Desember 1825, Raden Inten I bersama dengan masyarakat Lampung menyerang perkemahan orang-orang Belanda yang beristirahat di Negara Ratu. Akibat serangan ini, orang-orang Belanda terpaksa pulang ke Teluk Betung tanpa berhasil menangkap Raden Intan I. Tiga tahun setelah serangan tersebut, tepatnya pada tahun 1828, Raden Inten I wafat dan digantikan oleh Raden Imba II.
Raden Imba II melanjutkan perlawanan yang dilakukan oleh pendahulunya. Dia memimpin masyarakat Lampung dalam melawan penjajahan Belanda dengan tekad dan semangat yang tinggi. Raden Imba II berhasil membangun hubungan dengan Sultan Lingga dan pelaut Bugis serta Sulu untuk memperkuat perlawanan.
Baca Juga: Sejak Zaman Hindia Belanda, Jakarta Sudah Dilanda Kebanjiran Hebat, Apa Masalahnya?
Bathin Mangunang, seorang pemimpin marga dari daerah Kota Agung di Teluk Semangka, berperan penting dalam perlawanan masyarakat Lampung terhadap serangan Belanda bersama dengan Raden Imba II. Mereka bekerja sama untuk melawan penjajahan Belanda mulai dari tahun 1817 hingga 1832.
Pada tanggal 6 Januari 1828, pemerintah Belanda mengirimkan 32 pasukan dari Teluk Betung untuk menyelidiki kedudukan Bathin Mangunang di Teluk Semangka. Namun, pasukan Bathin Mangunang menolak kedatangan Belanda dan menyambut mereka dengan perlawanan. Daerah Kalianda dan Teluk Semangka masih dalam penguasaan Bathin Mangunang, sehingga Belanda merasa perlu untuk melakukan perbaikan dalam pemerintahannya di wilayah Lampung.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Direktorat Pai