INDOZONE.ID - Ketidakseimbangan yang muncul pada abad ke-19 antara kerajaan-kerajaan tradisional dan pemerintah Belanda menghasilkan resistensi masyarakat di banyak wilayah.
Setelah dibubarkannya VOC pada 31 Desember 1799, wilayah jajahan VOC secara otomatis diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Namun Perancis dibawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte berhasil menduduki Belanda sebagai negara jajahannya, dan kemudian Hindia Belanda dikuasai sementara oleh Perancis.
Di tahun 1811, Inggris berhasil mengambil alih wilayah Jawa dan menunjuk Thomas Stamford Raffles untuk menjadi wakil gubernur Hindia Belanda dibawah pemerintahan Inggris dan Hindia Belanda dikembalikan kepada pemerintah Kolonial.
Kebijakan Raffles adalah sistem pajak tanah yang kemudian tahun 1830 digantikan dengan sistem tanam paksa atau Culturstelsel oleh Johannes van den Bosch.
Baca Juga: Viral di Lampung, Ada Sosok Wanita Bercadar Berkeliaran Malam-Malam hingga Menculik Anak
Pelaksanaan tanam paksa tidak hanya dilakukan di wilayah Jawa namun juga di luar Jawa, salah satunya adalah Lampung.
Lampung merupakan wilayah pulau Sumatera dengan sektor produksi utama lada hitam, dan membuat Belanda ingin menguasai Lampung.
Melalui Surat Keputusan 22 November 1808, setelah Kesultanan Banten dimusnahkan oleh Belanda dan wilayah Lampung yang mempunyai hubungan dengan Banten dijadikan tanah gubernemen oleh pemerintah Belanda. Akibatnya banyak perlawanan oleh masyarakat Lampung.
Dengan adanya surat keputusan tersebut, Belanda mengklaim wilayah Lampung sebagai daerah jajahannya. Namun, Raden Inten I, yang merupakan pemimpin Lampung menolak untuk tunduk kepada pemerintah Kolonial dan berupaya untuk menguasai Lampung secara penuh.
Upaya ini dilakukan untuk dapat memperdagangkan rempah-rempah Lampung secara bebas. Oleh sebab itu, Raden Inten I memimpin perlawanan dengan masyarakat di tahun 1815.
Pemberontakan terjadi sebagai respons terhadap upaya Belanda untuk mengambil alih tanah-tanah marga di Lampung untuk kepentingan perkebunan dengan penerapan pajak yang tinggi dan monopoli ekonomi. Raden Inten II memimpin perlawanan sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan ekonomi kolonial Belanda.
Baca Juga: Jejak Sistem Pajak Tanah Era Kolonial, Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles di Hindia Belanda
Ilustrasi patung Radin Inten II di Lampung. (Tangkapan Layar)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Direktorat Pai