Kisah tragis George Stinney Jr.
Pada era 1940-an, South Carolina terkenal sebagai salah satu tempat yang kental akan rasisme. Hal tersebut pada akhirnya membuat penduduk kota terpecah menjadi dua berdasarkan warna kulit, yaitu putih dan hitam.
Penduduk berkulit hitam yang saat itu lebih minoritas tentu saja harus hidup mengalah di tengah pandangan negatif orang-orang berkulit putih. Tak terkecuali saat berurusan dengan hukum.
Dari proses interogasi yang berlangsung selama berjam-jam, polisi mengungkapkan bahwa George telah mengakui tuduhan pembunuhan terhadap Betty dan Mary.
Dari paparan polisi, George mengatakan alasannya membunuh kedua anak kecil tersebut karena rencananya untuk berhubungan badan dengan salah satu korban tersebut gagal.
"Saya menangkap seorang anak laki-laki bernama George Stinney. Dia kemudian membuat pengakuan dan memberitahu saya dimana lokasi sepotong besi dengan panjang sekitar 15 inci (senjata). Dia bilang dia menaruhnya di selokan yang terletak sekitar enam kaki dari sepeda Betty dan Mary ditemukan," tulis seorang petugas bernama H.S. Newman dalam pernyataan tertulisnya.
Selama proses penyelidikan, George tak pernah didampingi oleh orang tuanya. Bahkan ketika waktu persidangan semakin dekat, orang tuanya tak tahu dimana George ditahan.
Sekitar satu bulan pasca kematian Betty dan Mary, sidang perdana George Stinney Jr. digelar di gedung pengadilan Clarendon County. Di hari persidangan tersebut, meski sudah berminggu-minggu tak bertemu putranya, orang tua maupun keluarga George tak ada yang datang.
Bukan karena tak ingin, mereka hanya terlalu takut menjadi sasaran kebencian orang-orang kulit putih yang saat itu berbondong-bondong datang ke persidangan. Dimana menurut estimasi, ada sekitar 1.500 orang yang datang untuk menyaksikan peradilan remaja 14 tahun tersebut.
Dalam persidangan tersebut George didampingi oleh seorang pengacara yang ditunjuk oleh pengadilan, Charles Plowden. Meski seharusnya dia bertugas untuk membela George, Charles malah tampak ogah-ogahan menjalankan tugasnya.
Bagaimana tidak? Dalam persidangan yang berlangsung 2 jam tersebut, tak sekali pun Charles berhasil memanggil saksi maupun memberikan bukti yang mampu membantu kliennya.
Setelah persidangan yang berlangsung cukup singkat tersebut, melalui pertimbangan dalam waktu kurang dari 10 menit, para juri yang seluruhnya berkulit putih memutuskan bahwa George bersalah atas pembunuhan Betty dan Mary.
Pada 24 April 1944, hanya berbekal bukti berupa pengakuan saksi yang menyatakan bahwa George pernah berbincang dengan Betty dan Mary sehari sebelum kejadian, George secara resmi dijatuhi hukuman mati dengan cara disetrum menggunakan kursi listrik.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Post And Courier