Minggu, 10 NOVEMBER 2024 • 15:58 WIB

Suku Yaghan: Kisah Kehidupan di Ujung Dunia yang Bertahan Ribuan Tahun

Author

Siku Yaghan di Tierra del Fuego, Chili.

INDOZONE.ID - Di zaman dahulu, manusia hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang terus berkembang menjadi suku-suku. Banyak suku tradisional ini bertahan hingga era modern, salah satunya adalah suku Yaghan di Tierra del Fuego, Chili. 

Suku Yaghan hidup di salah satu wilayah paling selatan di dunia dan dikenal dengan kemampuan luar biasa mereka dalam bertahan di lingkungan yang ekstrem.

Mengutp Gusinde Anthropological Museum, suku Yaghan sering disebut sebagai “orang-orang kanu” karena gaya hidup mereka yang nomaden, berpindah-pindah di sekitar perairan dingin Amerika Selatan.

Sudah sekitar 6.000 tahun mereka menghuni Tierra del Fuego, mengandalkan kanu sederhana dari kulit kayu untuk berlayar mencari makanan. Mereka berburu singa laut, penguin, dan menangkap ikan serta kerang sebagai sumber makanan utama.

Baca Juga: Tradisi Rampogan Macan: Sajikan Pertarungan hingga Pembunuhan Harimau 

Bertahan dengan Kondisi Ekstrem

Kehidupan Yaghan di Tierra del Fuego dipengaruhi kondisi geografis yang keras. Mereka tinggal di gubuk sederhana berbentuk kerucut atau setengah lingkaran, yang dibangun dari bahan-bahan alami seperti kayu ringan dan kulit binatang.

Api selalu menyala di dalam kanu dan gubuk untuk menjaga tubuh tetap hangat di suhu yang dingin.

Baca Juga: Kisah Pemberontakan Samurai Klan Satsuma dan Saigo Takamori yang Ubah Sejarah Jepang

Bahasa dan Tradisi yang Langka

Bahasa Yaghan kini hampir punah, hanya sedikit yang masih menuturkannya. Bahasa ini unik, dengan struktur yang kompleks meski tidak tertulis.

Bahasa Yaghan digunakan dalam ritual cerita dan nyanyian yang diwariskan secara turun-temurun, sebuah cara bagi mereka menjaga identitas budaya mereka.

Baca Juga: Fakta Mengejutkan: Dinosaurus Ternyata Masih Hidup Sampai saat Ini!

Kemampuan Berburu dan Memahami Alam

Sebagai masyarakat yang bergantung pada laut, suku Yaghan memiliki teknik berburu yang unik. Mereka menggunakan harpun kecil dan teknik khusus agar dapat mendekati hewan buruan tanpa membuat suara.

Mereka juga sangat pandai membaca tanda-tanda alam, menggunakan pergerakan ikan dan pola angin untuk memprediksi cuaca.

Struktur Sosial Egaliter

Suku Yaghan tidak memiliki kepala suku atau struktur politik formal. Kehidupan sosial mereka diatur dalam ikatan keluarga besar, dengan sistem pertukaran hadiah untuk memperkuat hubungan. 

Perempuan memiliki peran yang setara, bertanggung jawab dalam mendayung kanu, mengumpulkan makanan, serta mengambil keputusan dalam rumah tangga.

Dampak Kedatangan Penjajah

Kedatangan penjajah Eropa pada abad ke-16 membawa perubahan besar. Diskriminasi, hilangnya tanah, dan penyakit yang dibawa orang luar menurunkan populasi suku Yaghan. 

Meski misionaris dan penjelajah Eropa berupaya mencatat budaya mereka, banyak nilai asli yang tergerus.

Kini, sebagian tradisi Yaghan masih dapat disaksikan di museum seperti Museo Antropológico Martín Gusinde di Chili. Meskipun jumlah mereka makin sedikit, suku Yaghan tetap menjadi bukti adaptasi manusia dengan alam di wilayah paling berat di dunia ini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Gusinde Anthropological Museum

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU
Kontak Tentang Kami Redaksi Info Iklan Pedoman Media Siber Pedoman AI dari Dewan Pers Kode Etik Jurnalistik Karir