Cerita Intel Israel bernama Eli Cohen.
Lewat posisinya itu, Eli dapet akses ke info rahasia militer Suriah. Salah satu yang paling berpengaruh adalah waktu ia diajak ke Dataran Tinggi Golan, benteng militer utama Suriah.
Di sana, ia pura-pura ngasih saran tanem pohon deket bunker biar tentara gak kepanasan. Padahal maksudnya biar posisi pertahanan bisa dikenali dari udara.
Berbekal info dari Eli, Israel udah ngerti taktik dan posisi militer Suriah jauh sebelum perang terjadi.
Alhasil, saat Perang Enam Hari terjadi tahun 1967, Israel bisa dengan cepat menaklukkan pertahanan Suriah, termasuk Dataran Tinggi Golan yang seharusnya jadi benteng terkuat, semua itu terjadi cuma dalam dua hari.
Pohon-pohon peneduh yang disaranin Eli malah jadi penanda lokasi bunker buat pasukan Israel, strategi jenius yang nggak ketahuan sampai akhirnya ketahuan.
Petualangan Eli berakhir di awal 1965, pesan rahasia yang dia kirim ke Tel Aviv pakai kode Morse akhirnya terlacak oleh intel Suriah. Diduga, Mossad terlalu sering minta update sampai komunikasi Eli kebaca musuh.
Ia langsung ditangkap, diadili, dan dijatuhi hukuman gantung. Eksekusinya dilakukan tanggal 18 Mei 1965, pagi-pagi buta di Lapangan Marjeh, Damaskus.
Baca Juga: Bali Gak Cuma Pantai: Dulu Raja-Rajanya Punya Hak ‘Merampas’ Kapal Tenggelam!
Jenazah Eli dipajang selama 6 jam di depan ribuan orang dengan kain berisi dosa-dosanya dililitkan di tubuhnya. Setelah itu, mayatnya dikubur di tempat rahasia dan disemen tebal, supaya Israel nggak bisa ngambil jenazahnya.
Eli Cohen bukan cuma mata-mata biasa, ia nyaris mengubah peta kekuasaan dari dalam dan sukses nyelinap ke pusat pertahanan negara musuh tanpa dicurigai selama tiga tahun.
Ceritanya jadi bukti kalau dunia intelijen itu bener-bener kejam dan berisiko tinggi. Sekali salah langkah, nyawa jadi taruhannya.
Penulis: Eliani Kusnedi
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Instagram @mwv.mystic