Bersama Dewa Apollo, mereka dihukum untuk melayani Raja Laomedon dari Troy dan membangun tembok-tembok kotanya yang perkasa.
Namun, setelah pekerjaan selesai, Laomedon menolak membayar mereka. Kemarahan Poseidon ini menjadi salah satu alasan mengapa ia memihak Yunani dan mengirim monster laut (Cetus) untuk menyerang Troy dalam Perang Troya.
Poseidon adalah dewa yang subur dan memiliki banyak keturunan, baik dari dewi, nimfa, maupun manusia fana.
Keturunannya sangat beragam, mulai dari makhluk mitos yang menakutkan seperti Cyclops Polyphemus (dari nimfa Thoos) dan pegasus bersayap Chrysaor (dari Medusa), hingga pahlawan manusia seperti Theseus (dari Aethra). Ini menunjukkan pengaruh luasnya pada berbagai makhluk di dunia mitologi.
Sifat Poseidon sering digambarkan sebagai cerminan dari domainnya: laut. Ia bisa tenang dan murah hati, tetapi juga sangat cepat marah, pendendam, dan penuh gejolak.
Kemarahannya bisa memicu badai dahsyat, gempa bumi, dan tsunami yang menghancurkan. Sisi temperamental ini seringkali membawa masalah bagi dewa lain maupun manusia.
Selain laut secara langsung, Poseidon juga dihormati sebagai dewa pulau-pulau, terutama di sekitar Laut Aegea. Ia adalah pelindung para pelaut, kapal, dan navigasi.
Doa-doa sering dipanjatkan kepadanya untuk perjalanan yang aman di laut. Namun, jika ia merasa tidak dihormati, ia bisa menjadi musuh terburuk bagi siapa pun yang berlayar.
Poseidon adalah sosok dewa yang jauh lebih dari sekadar penguasa ombak dan ikan. Ia adalah dewa yang kompleks dengan kekuatan besar atas gempa bumi, pencipta kuda, dewa yang kompetitif, dan memiliki sejarah panjang dengan kota-kota serta keturunan yang beragam.
Memahami fakta tersembunyi Poseidon ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang mitologi Yunani, tetapi juga menunjukkan betapa dinamis dan berlapisnya setiap dewa di Olimpus.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Britanica.com