INDOZONE.ID - Shisha, juga disebut sebagai hookah adalah metode merokok tradisional yang menggunakan pipa air untuk menghisap tembakau yang dipanaskan.
Tembakau ini biasanya dicampur dengan rasa atau aroma buah, madu, atau molase untuk memberikan variasi rasa. Di Indonesia, rokok shisha biasanya disediakan di resto atau cafe berkonsep Arab dan Timur Tengah.
Menurut laman Make Smoking History, shisha jauh lebih berbahaya dari rokok, kita bisa menghirup jumlah asap yang sama dengan merokok rokok atau tembakau.
Baca Juga: Kisah Diplomasi Kretek Agus Salim: Ketika Asap Rokok 'Membebaskan' Pangeran Philip
Selain itu, karena shisha dibakar menggunakan arang, pengguna shisha juga terpapar kadar karbon monoksida yang lebih tinggi.Shisha masih mengandung nikotin, yang merupakan zat adiktif.
Zat ini sama dengan yang membuat kecanduan. Selain itu, tembakau shisha hadir dalam berbagai rasa dan sering dicampur dengan gula molase.
Namun, tetap saja mengandung nikotin dan dipanaskan oleh kayu, arang, atau batu bara yang menghasilkan asap beracun, termasuk tar dan logam berat seperti arsenik dan timbal.
Lalu, metode merokok melalui air mungkin membuatnya terasa lebih dingin atau mudah dihirup, tetapi air tidak menyaring racun. Malah, membuat asap lebih mudah dihirup.
Baca Juga: Erotisme Roro Mendut Jadi Sejarah Penjualan Rokok Masa Kini yang Berdayakan SPG Wanita
Menurut Jurnal Ilmiah dari Universitas Miami, dalam sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan penggunaan shisha atau rokok hookah di kalangan anak muda di Timur Tengah. Shisha pertama kali muncul sekitar 500 tahun yang lalu di Persia kuno, Iran, dan India.
Setelah menyebar ke negara-negara Timur Tengah dan Asia, shisha menjadi bagian penting dari budaya mereka, terutama dalam pertemuan sosial.
Di Timur Tengah, angka merokok terus meningkat, seperti di Yordania (35,0%), Arab Saudi (30,4%), dan Lebanon (26,3%).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Public Health Symposium