INDOZONE.ID - Sepanjang sejarahnya, Bangka terkenal akan hasil alam berupa timah. Nama Bangka sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, vanka yang berarti timah.
Potensi timah pertama kali ditemukan pada tahun 1710. Timah membawa komposisi baru dalam dinamika budaya Bangka, yakni orang-orang Tionghoa.
Bangka dan Timah
Pada periode 1722-1799, Sultan Palembang mengadakan perjanjian kontrak dengan VOC terkait monopoli perdagangan timah dan lada. Salah satu pasar terbesar timah adalah Tiongkok.
Bagi penduduk Bangka, produksi logam dapat dilakukan pada waktu luang. Timah menjadi suatu bentuk upeti bagi Sultan.
Ketika barang dagangan dibutuhkan dan memerlukan pembayaran upeti, seluruh anggota keluarga bisa dilibatkan: laki-laki menggali dan melebur timah, kemudian perempuan dan anak-anak mencuci biji timah.
Baca Juga: Jejak Perempuan Tangguh dalam Tari Banjar Kemuning
Datangnya Pekerja Tionghoa
Orang Tionghoa dikenal gigih, banyak terlibat dalam ekonomi dunia. Mulanya, orang-orang asing seperti Tionghoa dan Arab diberi akses penanaman modal oleh Sultan Palembang untuk kemudian hasil timahnya diberikan untuk dijual dengan kontrak monopoli VOC.
Akan tetapi, perdagangan ilegal juga eksis di masa ini karena terdapat kesenjangan yang tinggi antara harga monopoli dengan harga pasar bebas. Orang-orang Tionghoa di Bangka ini adalah orang-orang Hakka, yang memiliki keunggulan dalam teknologi pertambangan.
Kuasa Inggris atas Bangka tahun 1812 hingga 1816 membawa makin banyak penambang Tionghoa serta pemutusan hubungan Bangka dengan Kesultanan Palembang.
Pendatangan pekerja Tionghoa dilanjutkan oleh Belanda. Tambang timah perdana dikembangkan di Belo, 8 mil sebelah timur Mentok oleh seorang Tionghoa bernama Oen.
Baca Juga: Sejarah Reog Cemandi: Warisan Kesenian Tradisionaldi Sidoarjo yang Berbeda dengan Versi Ponorogo
Beberapa pembaruan pertambangan timah yang diprakarsai oleh Oen berupa pemekerjaan buruh-buruh Tionghoa yang mengerti teknik-teknik pertambangan, pengenalan peralatan, mesin, dan penggunaan air yang efisien, serta standardisasi bentuk dan berat batang timah.
Sempat berselisih dengan Sultan dan diusir karena penjualan ilegal, Oen diberi tanggung jawab membangun benteng di Mentok dan gudang di Belo, dan digelari sebagai Kapitan Cina.
Masa Keemasan Timah di Bangka
Regulasi pertambangan yang ditetapkan oleh Inggris diteruskan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda setelah mengambil alih pada tahun 1814. Belanda juga mendirikan BTW (Banka Tin Winning).
Sistem pertambangan kuli Tionghoa yang sudah berjalan sejak lama dipertahankan. Kebutuhan timah meningkat pesat pada pertengahan abad ke-19, sasaran pasar pun bergeser, merambah pasar Eropa serta Amerika.
Teknologi pengembangan kuli-kuli Tionghoa berupa ciam (pengeboran) dan kolong (lubang tambang besar) menjadi kunci peningkatan hasil produksi timah di Bangka. Pamor timah Bangka di Eropa makin luas sejak 1826.
Ada masanya 25% pasokan timah di Eropa berasal dari Bangka. Permintaan timah Bangka yang tinggi ini didasari kualitas kemurnian timah Bangka yang tinggi.
Timah menjadi penghasilan terbesar ketiga Hindia Belanda pada masa ini, menandai masa keemasan komoditas timah di Bangka. Pertambangan timah menjadi bagian penting dari sejarah Bangka.
Timah berkontribusi terhadap perekonomian lokal dan secara tidak langsung memperkaya kebudayaan Bangka dengan kedatangan orang-orang Tionghoa sebagai pekerja.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal