Rabu, 13 NOVEMBER 2024 • 14:20 WIB

Bangkitkan Nasionalisme di Masa Penjajahan, Ini Tantangan dan Penindasan yang Dihadapi Perhimpunan Indonesia

Author

Perhimpunan Indonesia

INDOZONE.ID – Indische Vereeniging, yang lebih dikenal dengan nama Perhimpunan Indonesia (PI), didirikan pada tahun 1908 di Belanda oleh sekelompok mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di berbagai universitas di sana.

Awalnya, PI berfokus pada kegiatan sosial, namun seiring waktu perhimpunan ini beralih ke arah politik dengan tujuan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

PI memiliki ideologi untuk membangkitkan jiwa nasionalisme dan memperjuangkan hak rakyat Indonesia agar bisa bebas dari penjajahan Belanda.

Tujuan utama PI adalah memajukan kepentingan bersama para Indiers (istilah untuk orang-orang Indonesia yang tinggal di Belanda), dan menjalin hubungan dengan Hindia Belanda (sekarang Indonesia).

Namun, perjalanan PI dalam merealisasikan ideologi dan tujuannya tidaklah mudah.

Berbagai tantangan dan hambatan muncul, baik dari pihak kolonial Belanda maupun dari internal perhimpunan itu sendiri.

1. Penindasan dan Sikap Keras dari Pemerintah Kolonial Belanda

Salah satu langkah PI dalam memperjuangkan nasionalisme adalah melalui penerbitan artikel-artikel dan pernyataan-pernyataan yang mengkritik kebijakan kolonial.

Langkah ini memicu reaksi keras dari pemerintah Belanda, yang menganggap PI sebagai ancaman terhadap keamanan dan ketertiban kolonial.

Baca Juga: Budi Utomo dan Gerakan Nasional: Awal Perlawanan Pemuda Melalui Organisasi Memperjuangkan Kemerdekaan

Banyak dokumen dan aset PI yang disita atau bahkan dihancurkan oleh pihak berwenang Belanda.

Pemerintah Belanda juga memberlakukan pengawasan ketat terhadap aktivitas PI, termasuk penangkapan terhadap anggota-anggota perhimpunan.

Beberapa anggota PI ditangkap, diinterogasi, dipenjara, atau bahkan diusir dari Belanda, karena dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaan kolonial.

2. Perpecahan Internal PI

Di dalam tubuh PI, terjadi perbedaan pendapat mengenai strategi perjuangan yang harus diambil.

Perbedaan pandangan ini menyebabkan perpecahan di kalangan anggota, dengan sebagian dari mereka beralih ke pandangan politik yang lebih radikal, seperti komunisme, nasionalisme ekstrem, atau Islamisme.

Rasa tidak puas terhadap kepemimpinan atau kebijakan yang diambil oleh PI juga menyebabkan beberapa anggota memilih untuk keluar dari perhimpunan.

3. Munculnya Simpati Terhadap Peran Jepang

Para anggota PI juga mulai khawatir dengan meningkatnya rasa simpati rakyat Indonesia terhadap peran Jepang di Hindia Belanda.

RM Djajeng Pratomo, salah satu pemimpin PI, menyatakan bahwa industrialisasi yang dijalankan Jepang sebelum pendudukan mereka di Indonesia, merupakan bagian dari ekspansi kekuatan fasis ke selatan, termasuk Hindia Belanda.

Kekhawatiran ini menambah tantangan bagi PI, mengingat kekuatan fasis yang semakin berkembang di Indonesia pada saat itu.

4. Dampak Perang Dunia II (1939)

Pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1939, di mana Belanda terlibat sebagai salah satu pihak yang bertempur, memberikan dampak besar terhadap situasi politik dan sosial di Belanda.

Ketegangan yang muncul akibat perang membuat situasi menjadi tidak kondusif bagi keberlangsungan kegiatan PI.

Ancaman bahaya dan kekerasan perang di Belanda memaksa banyak anggota PI untuk mengungsi dan melarikan diri dari Belanda, demi menghindari bahaya yang semakin dekat.

5. Campur Tangan Pihak Asing: Nazi Jerman

Pada tahun 1940, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman, yang mempengaruhi gerakan-gerakan di dalam negeri, termasuk PI.

Baca Juga: Kisah Dibalik Peristiwa Rengasdengklok: Momen Penculikan Soekarno-Hatta Menuju Kemerdekaan RI

Sebagai reaksi terhadap pendudukan Jerman, PI berupaya menyatukan mahasiswa Indonesia di Belanda untuk melawan fasisme.

Namun, di tengah situasi ini, beberapa anggota PI justru menunjukkan ketertarikan terhadap ideologi Nazi Jerman, bahkan ada yang menjadi agen rahasia atau mata-mata Jerman.

Hal ini memunculkan rasa curiga dan konflik internal di kalangan anggota PI yang setia pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, sejumlah anggota PI juga menjadi korban kebijakan represif Nazi. RM Djajeng Pratomo dan adiknya, Gondho, dijebloskan ke dalam kamp kerja paksa di kamp konsentrasi Dachau.

Sementara itu, Irawan Surjono, salah satu anggota PI, tewas ditembak oleh polisi Nazi saat mengangkut pamflet di Leiden.

Perjalanan panjang PI ini menunjukkan betapa berat perjuangan mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, baik dari ancaman eksternal yang datang dari penjajahan Belanda maupun pengaruh dari kekuatan asing seperti Nazi Jerman.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, PI tetap berperan penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi.