Ilustrasi kereta api di Semarang di masa lalu. (Istimewa)
INDOZONE.ID - Ternyata sejarah kereta api di Indonesia itu penuh lika-liku, loh, khususnya di kawasan Semarang, Jawa Tengah.
Banyak mitos yang berhembus di masyarakat sekitar tentang kereta api. Mulai dari sejarahnya secara teori hingga mitosnya.
Lalu seperti apa sih Kereta Api di Semarang? Berikut ini ada kutipan dari 'Journal of Indonesian History' tahun 2015.
Pada abad ke-19, perkembangan kapitalisme di Belanda mendorong diterapkannya politik liberal di Indonesia, ditandai dengan Undang-Undang Agraria dan Gula tahun 1870.
Baca Juga: Jejak Rel Pertama: Awal Mula Kereta Api di Indonesia pada Abad ke-19
Hal ini memicu pertumbuhan pesat sektor ekonomi, khususnya perkebunan dan pertambangan untuk industri ekspor. Untuk mendukung aktivitas ini, Belanda membangun infrastruktur transportasi, termasuk jaringan kereta api.
Sejarah perkeretaapian Indonesia dimulai dengan pembangunan rel Semarang-Tanggung pada 17 Juni 1864 di desa Kemijen, Semarang. Pembangunan rel sebagian besar dilakukan oleh perusahaan swasta, yaitu Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM)
Pada awal digunakannya kereta api di Semarang, banyak penduduk setempat yang beranggapan bahwa kereta api merupakan kendaraaan hantu, karena pada saat pembangunan jalan kereta api banyak memakan korban jiwa.
Orang-orang yang bekerja dalam pembangunan jaringan rel yang mati dianggap menjadi korban tumbal proyek.
Baca Juga: Serba-serbi Plat Nomor Kendaraan Indonesia, Makna Warna dan Aturan Penggunaannya
Namun, dengan mulai berkembangnya kaum terpelajar dari kalangan pribumi, lambat laun anggapan konyol masyarakat tentang kereta api mulai berkurang.
Semenjak dioperasikannya kereta api pada akhir abad ke-19, alat transportasi ini menjadi pilihan utama penduduk karena biaya perjalanan dengan menggunakan transportasi kereta api lebih murah dan lebih cepat dibanding menggunakan alat transportasi lain yang sudah ada.
Anak-anak sekolah, hingga pegawai pemerintahan dan perusahaan swasta menjadikan kereta api sebagai alat transportasi sehari-hari. Bahkan di sekitar area stasiun, banyak pedagang-pedagang yang datang untuk menawarkan barang dagangan mereka kepada calon penumpang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Journal Of Indonesian History