Patung Xuanzang di Pagoda Angsa Liar Besar di Xi'an, China.
INDOZONE.ID - Pada abad pertama Masehi, ajaran Budha menyebar dari India ke China, memicu pertukaran budaya yang berdampak besar, bukan hanya di Asia tetapi juga secara global.
Para biksu dan peziarah Buddha mulai melakukan perjalanan panjang, membawa teks-teks suci dan relik, yang menjembatani hubungan antara kerajaan-kerajaan di India dan Tiongkok, serta wilayah Asia Tengah dan Tenggara.
Dari sekian banyak peziarah, tiga tokoh penting muncul: Faxian, Xuanzang, dan Yijing, yang menjadi kunci dalam memperkenalkan budaya dan ajaran Buddha ke China.
Baca Juga: Ternyata Kata 'Puasa' Berasal dari Sansakerta, Tradisi yang Sudah Dilakukan Hindu-Budha
Faxian adalah seorang biksu China yang memulai perjalanannya di usia lebih dari 60 tahun pada tahun 399 M. Dengan penuh semangat, ia berangkat dari ibu kota Chang’an (sekarang Xi’an) untuk mencari teks-teks ajaran Buddha.
Dalam catatan perjalanannya, A Record of the Buddhist Kingdoms, ia menceritakan perjuangannya melewati gurun Taklamakan dan ziarah ke berbagai situs Buddha di India dan Sri Lanka. Faxian melihat bahwa komunitas Buddha di China membutuhkan lebih banyak referensi tentang aturan monastik agar berkembang dengan baik.
Setelah Faxian, muncul Xuanzang, yang dikenal dengan perjalanan epiknya ke India pada abad ke-7. Dengan semangat dan mimpi yang kuat, ia melawan larangan Kaisar dan memulai perjalanan yang sangat berbahaya menuju India pada tahun 629.
Baca Juga: Banyak yang Tak Tahu! Ini 5 Perbedaan Agama Hindu dan Buddha
Dalam catatan perjalanannya Great Tang Records on the Western Regions, Xuanzang menceritakan pengalamannya di kerajaan-kerajaan seperti Samarkand dan Bamiyan, serta pengamatannya atas patung Buddha raksasa dan budaya Buddha di India. Pengalamannya memberi wawasan tentang kekayaan budaya dan keragaman ajaran Buddha di Asia.
Yijing melanjutkan perjalanan ini dengan mencatat dalam A Record of the Buddhist Religion as Practiced in India and the Malay Archipelago. Ia menyoroti bagaimana ajaran Buddha menyebar dari India ke Asia Tenggara, dengan peran penting jalur perdagangan sebagai sarana pertukaran budaya. Catatan Yijing memberi pemahaman tentang interaksi antara ajaran Buddha dan perdagangan.
Melalui perjalanan Faxian, Xuanzang, dan Yijing, pertukaran budaya antara China dan India semakin erat. Mereka tidak hanya memperkenalkan doktrin Buddha tetapi juga memberi gambaran tentang berbagai tantangan perjalanan pada masa itu.
Melalui catatan mereka, masyarakat Tiongkok mulai melihat India sebagai tanah yang kaya budaya, mengubah persepsi mereka terhadap budaya asing. Kisah mereka menjadi bukti penting bagaimana interaksi antarbudaya membentuk fondasi hubungan antara dua peradaban besar ini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Asian Studies