Meski durasinya sangat singkat, sekira 500 pembela Zanzibar dan warga sipil tewas dalam pertempuran ini, lalu dua kapal, termasuk Glasgow, tenggelam. Sebaliknya, di pihak Inggris, hanya terdapat satu korban, yaitu seorang pelaut yang terluka.
Perang ini menyebabkan Zanzibar kehilangan sebagian besar kedaulatan, dan pemerintahan digantikan oleh sultan baru yang merupakan pemimpin boneka Inggris.
Khalid dan beberapa pengikutnya mencari perlindungan di Konsulat Jerman yang dijaga ketat. Pasukan Inggris ditempatkan di sekitar konsulat, bersiap menangkap Khalid dan para pendukungnya saat mereka keluar.
Sementara itu, otoritas Inggris mengajukan permintaan ekstradisi, tetapi Konsul Jerman menolaknya.
Baca Juga: Profil Sun Tzu: Sang Ahli Strategi Perang Legendaris Asal Tiongkok
Dia menyatakan, bahwa perjanjian antara Jerman dan Inggris secara khusus melindungi tahanan politik. Dia berjanji, bahwa Khalid akan diusir dari negara itu tanpa pernah menginjakkan kaki lagi di Zanzibar.
Konsul Jerman menepati janjinya dengan membawa perahu kecil ke tepi gerbang konsulat, saat air pasang. Khalid segera menaiki perahu Jerman itu, lalu dibawa ke Dar es Salaam di Afrika Timur Jerman. Akan tetapi, ia tidak bisa menghindari penangkapan selamanya.
Pada 1916, Khalid ditangkap oleh pasukan Inggris pada Perang Dunia I dalam Kampanye Afrika Timur. Ia diasingkan ke Seychelles dan Saint Helena. Setelahnya, ia diizinkan kembali ke Afrika Timur, tempatnya menghabiskan sisa hidup.
Para pendukung sipil Khalid tidak seberuntung dirinya. Inggris memaksa mereka membayar ganti rugi yang mencakup biaya perang singkat tersebut dan kerusakan akibat penjarahan, dengan total mencapai 300.000 Rupee.
Meski perang ini tercatat sebagai perang terpendek dalam sejarah, berlangsung sekira 38-45 menit, pertempuran ini tetap berdarah dan menelan banyak korban jiwa.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Historyguild, Jpost