4 Virus yang Diprediksi Membantai Manusia di 2050, Meningkat 12 Kali Lipat Akibat Perubahan Iklim
INDOZONE.ID - Para peneliti memprediksi empat penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia akan membunuh 12 kali lipat lebih banyak orang pada tahun 2050 dibandingkan pada tahun 2020.
Para ahli dari perusahaan bioteknologi Amerika Ginkgo Bioworks mendesak untuk segera melakukan tindakan dalam upaya mengatasi risiko terhadap kesehatan global yang besar dan terus meningkat.
Epidemi pada manusia yang disebabkan oleh penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, bisa lebih sering terjadi di masa depan karena perubahan iklim dan penggundulan hutan. Kedua faktor tersebut menyebabkan manusia lebih sering melakukan kontak dengan hewan.
Analisis tim mengamati tren historis untuk empat patogen virus tertentu. Hal ini adalah filovirus, termasuk Ebola dan Marburg, SARS (sepupu Covid), Nipah, dan machupo (yang menyebabkan demam berdarah Bolivia).
Filovirus
Filovirus adalah keluarga yang mencakup Ebola dan Marburg.Ebola, yang namanya diambil dari sebuah sungai di Republik Demokratik Kongo, tempat virus demam berdarah ditemukan, membunuh hingga setengah dari semua orang yang terinfeksi.
Virus ini terutama ditularkan melalui paparan cairan tubuh, dengan gejala utama demam, muntah, pendarahan, dan diare.
Penyakit ini secara alami terdapat pada kelelawar buah, monyet, dan landak yang hidup di hutan hujan, dan juga dapat ditularkan melalui makan 'daging hewan liar' yang tidak dimasak.
Sepupu Ebola, Marburg, memiliki tingkat kematian hingga 90 persen, menjadikannya salah satu patogen paling mematikan yang diketahui manusia. Penyakit ini menyebar dengan cara yang serupa dan dapat memicu gejala yang sama.
SARS, Virus Corona 1
SARS adalah sepupu Covid, yang menyebabkan gejala mirip flu. Penyakit ini menginfeksi 8.000 orang dan membunuh hampir 800 orang dalam wabah di Asia pada tahun 2003. Namun SARS lebih mematikan daripada Covid.
Baca Juga: Misteri Hutan Karama di Desa Labbo: Keramat yang Menyimpan Rahasia
Data menunjukkan penyakit ini membunuh sekitar satu dari 10 orang, sedangkan covid membunuh hanya satu dari 100 orang. Virus yang ditularkan melalui udara dapat menyebar melalui tetesan kecil air liur, mirip dengan pilek dan influenza.
Virus Nipah
Nipah adalah sejenis henipavirus yang secara alami terdapat pada kelelawar buah. Virus ini biasanya menular ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, biasanya babi dan kelelawar. Namun penularan dari manusia ke manusia bisa saja terjadi.
Wabah ini terjadi hampir setiap tahun di beberapa wilayah Asia, terutama Bangladesh dan India. Virus ini diperkirakan berakibat fatal pada 75 persen kasus.
Gejala, seperti demam, sakit kepala, dan kantuk, mungkin muncul antara lima hingga 14 hari setelah terinfeksi, dan dapat berlangsung hingga dua minggu. Akhirnya, pasien bisa mengalami koma atau menderita masalah pernapasan.
Baca Juga: Paranormal Buta Baba Vanga Ramal 2022 Akan Kiamat, Mulai Virus Mematikan dan Invasi Alien
Tidak ada vaksin atau obat yang tersedia, namun pasien mungkin menerima pengobatan suportif untuk meringankan gejala.
Virus Machupo
Virus Machupo menyebabkan penyakit yang disebut demam berdarah Bolivia. Virus ini dibawa oleh tikus yang ditemukan di Bolivia timur, Paraguay utara, dan Brasil barat. Data juga menunjukkan bahwa virus ini juga dapat dibawa oleh kutu dan nyamuk.
Gejalanya mirip dengan Ebola. Kematian bisa terjadi dalam beberapa jam, kata para ahli.
Laporan ini mengamati lebih dari 3.000 wabah antara tahun 1963-2019, dan mengidentifikasi 75 peristiwa limpahan di 24 negara.
Baca Juga: Sains Mengungkap Rahasia Lain 'Mona Lisa' karya Da Vinci, Benarkah Ada Garis Tangan Tersembunyi?
Basis data tersebut mencakup epidemi yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan wabah yang terjadi sejak tahun 1963 yang menewaskan 50 orang atau lebih.
Para peneliti mengatakan epidemi telah meningkat hampir 5 persen setiap tahunnya.
“Jika tingkat peningkatan tahunan ini terus berlanjut, kami memperkirakan 12 kali lipat jumlah kematian pada tahun 2050 dibandingkan pada tahun 2020,” mereka menambahkan.
Mereka mengatakan evaluasi terhadap bukti-bukti menunjukkan bahwa epidemi yang baru-baru ini dipicu oleh penyebaran penyakit zoonosis bukanlah suatu penyimpangan namun mengikuti tren multi-dekade di mana epidemi yang disebabkan oleh penyebaran penyakit tersebut menjadi lebih besar dan lebih sering.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators