Rabu, 11 DESEMBER 2024 • 16:48 WIB

Fenomena Anak-anak di Bawah Umur Direkrut Jadi Pembunuh Bayaran oleh Anggota Geng di Swedia

Author

Ilustrasi anak di bawah umur menjaid pembunuh bayaran. (Freepik)

INDOZONE.ID – Ada fenomena aneh di di wilayah Örebro, Swedia dimana banyak anak-anak di bawah umur di usia 13 tahun ke bawah menjadi pembunuh bayaran sewaaan. Bahkan mereka berani mengunggah komentar di media sosialnya tentang pekerjaan yang diterimanya.

"Saya tidak sabar untuk melihat mayat pertama saya," tulis seorang anak laki-laki berusia 11 tahun di Instagram di Swedia.

Melansir situs France 24, geng-geng merekrut anak-anak yang terlalu muda untuk dihukum sebagai pembunuh bayaran melalui aplikasi percakapan.

Kontak tersebut kemudian menawarkan 150.000 kronor (sekitar US$13.680), atau RP 214.900.000 untuk membunuh seseorang. Mereka juga diberikan pakaian dan transportasi menuju lokasi kejahatan, menurut penyelidikan polisi terhadap pertukaran pesan tersebut beberapa waktu sebelumnya di provinsi barat Varmland, yang dilihat oleh AFP.

Dalam kasus ini, empat pria berusia 18 hingga 20 tahun dituduh merekrut empat anak di bawah umur, yang berusia antara 11 hingga 17 tahun, untuk bekerja dengan geng kriminal. Semua orang tersebut ditangkap sebelum melaksanakan kejahatan tersebut.

Baca Juga: Jennifer Pan, Anak Emas yang Sewa Pembunuh Bayaran untuk Habisi Nyawa Orang Tua karena Muak Dipaksa Berprestasi

Penyelidikan awal mengungkapkan sejumlah tangkapan layar yang dikirim oleh anak-anak tersebut, menunjukkan diri mereka berpose dengan senjata, beberapa dengan tubuh telanjang atau mengenakan masker hoodie.

Saat diinterogasi oleh polisi, anak berusia 11 tahun tersebut mengatakan bahwa dia menulis pesan itu untuk terlihat "keren" dan "tidak menunjukkan rasa takutnya."

Kasus ini bukanlah yang pertama.

Swedia telah berjuang keras untuk mengendalikan lonjakan penembakan dan peledakan yang dilakukan oleh geng-geng kriminal di seluruh negeri dalam beberapa tahun terakhir, yang terkait dengan penyelesaian utang dan perebutan pasar narkoba.

Tahun lalu, 53 orang tewas dalam penembakan, yang semakin sering terjadi di tempat umum, dengan korban tak berdosa juga menjadi sasaran.

'Permintaan banyak'

Kejahatan geng di Swedia terorganisir dengan sangat kompleks, di mana para pemimpin geng beroperasi dari luar negeri melalui perantara yang menggunakan situs pesan terenkripsi seperti Telegram, Snapchat, dan Signal untuk merekrut remaja di bawah usia 15 tahun, batas usia tanggung jawab pidana.

Baca Juga: Kisah Charles Cullen: Perawat yang Menjadi Pembunuh Berantai di Rumah Sakit

"Itu diorganisir seperti pasar pekerjaan, di mana misi-misi dipublikasikan di forum diskusi, dan orang-orang yang menerima tugas semakin muda," kata Johan Olsson, kepala Departemen Operasi Nasional Polisi Swedia (NOA), kepada para wartawan bulan lalu.

Tugas-tugas tersebut disubkontrakkan, dengan para pihak hanya berkomunikasi secara online, menurut Sven Granath, profesor kriminologi dari Universitas Stockholm, yang berbicara kepada AFP.

Beberapa orang juga merekrut secara langsung, mencari anak-anak yang berkeliaran di lingkungan mereka.

Jumlah kasus pembunuhan di Swedia yang melibatkan tersangka di bawah usia 15 tahun meningkat dari 31 kasus dalam delapan bulan pertama tahun 2023 menjadi 102 kasus dalam periode yang sama tahun ini, menurut Otoritas Penuntutan Swedia.

Granath mengatakan bahwa anak-anak yang direkrut seringkali memiliki masalah di sekolah, kecanduan, gangguan perhatian, atau sudah pernah berurusan dengan hukum.

"Mereka direkrut dalam konflik yang tidak ada hubungannya dengan mereka -- mereka hanya menjadi tentara bayaran," ujarnya, menambahkan bahwa mereka belum tentu pernah menjadi anggota geng sebelumnya.

Ilustrasi anak di bawah umur menjaid pembunuh bayaran. (Freepik)

Beberapa anak bahkan mencari kontrak-kontrak tersebut, menurut laporan dari Dewan Nasional untuk Pencegahan Kejahatan (BRA), karena mereka mencari uang, sensasi adrenalin, pengakuan, atau rasa memiliki.

Baca Juga: John Filip Nordlund dan Kisah Pembantaian Penumpang Kapal Feri di Swedia

Mereka tertarik oleh pakaian mencolok serta janji kesetiaan yang tak tergoyahkan, kata para ahli.

"Zaman sekarang semua orang ingin menjadi pembunuh," kata Viktor Grewe, seorang mantan anggota geng berusia 25 tahun yang pertama kali berurusan dengan polisi saat berusia 13 tahun, kepada AFP.

"Sangat menyedihkan melihat bahwa ini yang diidam-idamkan anak-anak," ujarnya, dengan beberapa "crimfluencers" yang memuliakan gaya hidup kriminal di TikTok.

'Eksploitasi yang Kejam'

Ada "eksploitasi yang kejam terhadap anak-anak," kata Tony Quiroga, komandan polisi di Örebro, barat Stockholm, kepada AFP.

Subkontraktor kriminal "tidak ingin mengambil risiko sendiri," ujarnya, melindungi diri mereka sendiri serta orang-orang yang lebih tinggi di rantai organisasi.

"Mereka bersembunyi di balik nama samaran di media sosial dan menempatkan beberapa filter antara diri mereka dan pelaku kejahatan."

Baca Juga: Kisah Pria di Kanada yang Selamat dari Pembunuh Berantai Berkat Kemampuan Kung fu

Di Örebro, relawan berpatroli di jalan-jalan lingkungan yang kurang mampu untuk berbicara dengan anak-anak muda tentang risiko jatuh ke bawah kendali geng.

Grewe, yang meninggalkan kehidupan geng saat berusia 22 tahun, mengatakan bahwa para penjahat muda tidak berharap untuk hidup lebih lama dari usia 25 tahun.

Menurut laporan BRA terbaru, merekrut anak-anak adalah bagian dari model bisnis geng-geng kriminal, di mana anak-anak merekrut anak yang lebih muda lagi -- dan setelah mereka masuk, sulit untuk keluar.

Quiroga merasa putus asa karena polisi menghadapi konflik yang "tidak pernah berakhir."

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: France 24