INDOZONE.ID - Pada 23 Juli 1999, pesawat terbang maskapai All Nippon Airways dengan nomor penerbangan 61, melakukan perjalanan domestik dari Tokyo ke Hokkaido.
Pesawat berjenis Boeing-747 ini berangkat dari Bandara Haneda di Ota, Tokyo sekitar pukul 11.23 waktu setempat. Semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada masalah yang berarti.
Selang 25 menit kemudian, seorang penumpang berjalan ke arah kokpit sembari membawa sebilah pisau sepanjang 20 sentimeter (cm). Ia meminta semua kru yang ada di hadapannya untuk pergi.
Baca Juga: Kisah Sadis Gundik di Israel yang Dirudapaksa dan Dibunuh Oleh Orang Lewi
Di dalam kokpit, si penumpang mengusir co-pilot pesawat yang bernama Kazuyuki Koga. Kini, tinggal si penumpang bersama sang kapten yang bernama Naoyuki Nagashima.
Tiba-tiba, si penumpang menusuk sang kapten di bagian dada, membuatnya tewas di tempat.
Kemudian, si penumpang dengan kesadaran penuh, mengendalikan pesawat layaknya seorang professional.
Padahal, karena ulahnya ini pesawat tersebut turun sejauh 300 meter.
Para kru pesawat yang berada di luar kokpit sempat mendengar sang kapten berteriak sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
Setelah membiarkan si penumpang memainkan pesawat selama 20 menit, co-pilot Koga dan beberapa kru pesawat lainnya menyerbu si penumpang dan berhasil meringkusnya.
Setelah berhasil mengendalikan pesawatnya lagi, co-pilot Koga segera menghubungi pemandu lalu lintas udara setempat dan mengabari kondisi darurat yang mereka alami.
Atas instruksi dari pihak pemandu lalu lintas, pesawat tersebut putar balik ke Bandara Haneda.
Pesawat itu tiba di Bandara Haneda pada pukul 12.14 waktu setempat.
Sementara Kapten Nagashima langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Namun sayang, Ia meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit.
Pelaku diketahui bernama Yuji Nishizawa, seorang pria asal Tokyo kelahiran 8 September 1970. Saat kejadian, ia adalah seorang pengangguran yang saat itu tengah dalam pengaruh obat antidepresan.
Baca Juga: Kisah Tragis James R Hoffa: Pemimpin Serikat Buruh Berpengaruh di AS hingga Hilang Tanpa Jejak
Saat dilakukan penyelidikan lebih lanjut, Yuji diketahui sebagai seorang maniak dari permainan simulasi penerbangan atau yang dikenal sebagai flight simulator.
Ia sengaja menghabisi nyawa Kapten Nagashima hanya untuk mewujudkan impiannya sebagai seorang pilot.
Pihak keamanan Bandara rupanya kecolongan saat memeriksa barang bawaannya Yuji. Itu sebabnya Yuji bisa membawa pisaunya ke dalam pesawat dengan bebas.
Yuji mengaku kalau rencananya, ia akan melakukan aksi pembajakan sehari sebelum kejadian, tepatnya di tanggal 22 Juli 1999. Namun, usahanya gagal karena Ia ketahuan membawa pisau oleh orang tuanya.
Menariknya, Yuji membeli beberapa tiket pesawat dari maskapai dan tujuan penerbangan yang berbeda. Tujuannya adalah untuk membuktikan hasil observasinya terkait kelemahan sistem pengamanan di Bandara.
Baca Juga: Kisah Tragis Majikan Dibantai ART Gara-gara Perkara Uang Rp300 Ribu
Yuji sudah melakukan observasinya itu beberapa bulan sebelum kejadian. Bahkan, Yuji sempat mengirim surat komplainan kepada Kementerian Transportasi, sejumlah maskapai penerbangan sampai awak media.
Namun, tidak ada satupun pihak yang menganggap serius komplainannya Yuji.
Barulah setelah kejadian, Kementerian Transportasi Jepang meminta pihak keamanan Bandara untuk memperketat penjagaannya.
Saat sidang yang digelar pada 23 Maret 2005, Yuji resmi dinyatakan bersalah atas tindakan pembajakan yang dilakukannya, dan pada keesokan harinya, hakim memvonis Yuji dengan hukuman seumur hidup penjara
Baca Juga: Kisah Kejam Jim Jones Pemilik Sekte Sesat Kuil Rakyat, Ratusan Orang Tewas Diracun
Pihak pengacara Yuji sudah berusaha meminta keringanan kepada hakim dengan memberikan hasil tes kejiwaannya kliennya.
Hasilnya, Yuji mengidap sindrom Asperger, yakni gangguan mental yang memengaruhi kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi pasiennya.
Namun berkat tuntutan dari pihak keluarga Kapten Nagashima, hukumannya Yuji tidak dapat diringankan.
Tidak hanya menuntut Yuji, pihak keluarga Kapten Nagashima juga menuntut pihak maskapai untuk bertanggungjawab atas kematian sang kapten. Tuntutan tersebut baru resmi ditutup pada 21 Desember 2007.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia, Eurogamer, Simple Flying