Ia mengundang Renee Hartevelt dengan niatan untuk berpesta. Saat di rumahnya, Issei Sagawa menodongkan pistol ke arah Renee Hartevelt dari belakang.
Namun, ia tidak berhasil menembaknya. Sebab, pelatuk tembakan yang tidak berhasil. Hal itu membuat Issei Sagawa makin histeris.
Selang dua hari, ia kembali mengundang Renee Hartevelt ke apartemennya. Kali ini, Issei Sagawa sanggup membunuh Renee Hartevelt.
“Pelan-pelan saya datang dari belakangnya, menarik nafas dalam, dan membunuhnya saat paru-paru aku setengah penuh,” ujar Issei Sagawa dalam sebuah wawancara dengan media.
Melihat jasad Renee Hartevelt, Issei Sagawa sempat berpikir untuk menelpon ambulans. Akan tetapi, Issei Sagawa lebih memilih untuk memenuhi mimpinya dalam menyantap manusia setelah 32 tahun lebih menunggu.
Issei Sagawa sempat menyesali tindakannya membunuh Hartevelt. Ia merasa sudah kehilangan sosok teman penting.
Sang kanibal sempat berpikir, jika Renee Hartevelt mengizinkan Issei Sagawa untuk mencicipi dagingnya sedikit saat masih hidup, dia tidak akan membunuhnya.
Pada 12 Juni 1981, Sagawa pun membawa jasad Renee Hartevelt ke dalam Hutan Paris’s Bois de Boulogne. Lalu, dia pun membuang jasad Renee Hartevelt ke sebuah danau.
Namun, ada seorang saksi yang melihat Issei Sagawa sebelum dirinya dilaporkan ke pihak kepolisian.
Issei Sagawa mengakui tindakannya, tetapi pihak medis mengatakan sang kanibal tidak dalam kondisi “waras” untuk menghadiri persidangan pada 1983.
Ia pun ditahan di sebuah lembaga psikiatri sebelum dideportasi ke Jepang satu tahun kemudian.
Saat di Jepang, pihak kepolisian menganggap Sagawa waras. Dia dianggap hanya mempunyai permasalahan “kelainan karakter” sehingga tidak wajib untuk dirawat di rumah sakit.
Sayangnya, pihak kepolisian Jepang tidak mendapatkan file kasus Issei Sagawa dari pihak Prancis yang sudah menganggapnya selesai.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Newsweek, News.abplive.com