Fosil tengkorak Homo Wajakensis sudah melegenda dan bukan lagi barang baru bagi warga masyarakat Tulungagung.
Apalagi setelah berbagai upaya dilakukan Pemkab untuk mengenalkan lagi nama wajakensis di tengah masyarakat, salah satunya dengan pemberian nama museum daerah Tulungagung sebagai museum Wajakensis.
Namun banyak fakta menarik yang belum banyak diketahui tentang fosil Homo Sapiens yang kini disimpan di Natural Museum of Natur History Leiden Belanda, atau sekarang dikenal dengan nama Biodiversity Center (naturalis) Leiden Belanda.
Berikut sederet fakta fosil Homo Wajakensis yang diperoleh Indozone dari data yang ada di Museum Wajakensis Tulungagung.
1. Ditemukan oleh Eugene Dubois
Eugene Dubois adalah seorang Belanda yang memiliki ketertarikan dengan sejarah manusia jaman dulu.
Setelah menamatkan pendidikan kedokterannya di Belanda dan beberapa tahun menjadi dosen di universitas, Dubois kemudian mengikuti kata hatinya untuk menemukan missing link peradaban manusia.
Asia tenggara menjadi lokasi yang diyakini bisa menjawab keingintahuannya tentang missing link peradaban manusia. Oleh sebab itu, dirinya bergabung dengan tentara Belanda untuk mulai masuk ke Indonesia dan melakukan penggalian.
2. Ditemukan pada 1889 di Distrik Wajak Tulungagung
Fosil ini ditemukan di distrik Wajak Tulungagung. Zaman dahulu, distrik tersebut disebut sebagai distrik Wajak, maka tak heran jika fosil itu dinamakan Homo Wajakensis.
Namun kini nama lokasinya sudah bukan lagi distrik Wajak, melainkan ada di desa Gamping, Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung.
3. Ditemukan Saat Tim Eksplorasi Marmer Melakukan Survey
Fosil Homo Wajakensis pertama kali ditemukan saat tim eksplorasi marmer melakukan survey di sekitar distrik Wajak Tulungagung.
Lokasi tersebut sampai saat ini masih dikenal dengan eksplorasi marmer dalam kapasitas besar.
Temuan ini kemudian sampai pada telinga Eugene Dubois, yang tengah melakukan penggalian di Sumatera Barat.
4. Eugene Dubois Pindahkan Lokasi Penggalian
Eugene yang tengah melakukan penggalian untuk menemukan missing link teori kehidupan manusia ala Charles Darwin, kemudian memindahkan lokasi penggaliannya dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa.
Sejumlah lokasi kemudian dipilih, seperti di Sangiran, kemudian sekitar pegunungan Wilis dan memanfaatkan kabupaten Tulungagung sebagai basecamp selama penggalian di Pulau Jawa.
5. Ditemukan Bersama Fosil Vertebrata Purba
Konon Fosil Homo Wajakensis ditemukan dalam sebuah goa bersama dengan fosil hewan Vertebrata lainnya.
Hal ini menandakan bahwa lokasi itu dulunya merupakan pemukiman manusia purba, dibuktikan dengan adanya temuan fosil hewan yang diduga sebagai sisa makanan manusia purba jaman dulu.
Penemuan fosil Homo Wajakensis sendiri bisa diklasifikasikan menjadi dua bagian, yakni saat penemuan bagian tengkorak atas pada penggalian pertama atau saat tim survey eksplorasi marmer melakukan penggalian. Kemudian, penemuan bagian rahang bawah pada penggalian kedua yang dilakukan oleh Eugene Dubois.
6. Lokasi Penemuannya Sempat Diklaim Sudah Hilang
Pasca penemuan fosil ini, banyak peneliti yang mengklaim lokasi temuan fosil sudah hilang atau habis karena eksplorasi marmer.
Namun peneliti dari Belanda, Aziz dan De Vos, pada 1985 memastikan lokasi temuan Homo Wajakensis masih utuh seperti sedia kala.
7. Diyakini sebagai Nenek Moyang Bangsa Australia
Setelah menemukan fosil Homo Wajakensis di sekitar tahun 1889, Eugene Dubois mengungkapkan bahwa Homo Wajakensis merupakan nenek moyang bangsa Australia saat ini.
Kendati teori ini menimbulkan pro dan kontra serta menjadi perdebatan sejumlah ahli, namun asal usul Homo Wajakensis merupakan bangsa Australia tetap diyakini hingga saat ini.
8. Replika Fosil Homo Wajakensis Ada di Museum Wajakensis
Sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini, fosil asli Homo Wajakensis disimpan di museum Leiden Belanda. Namun replika Homo Wajakensis sudah ada di museum Wajakensis Tulungagung, dan bisa dilihat oleh pengunjung museum.
Ada dua replika Homo Wajakensis yang sudah berada di Tulungagung. Replika pertama merupakan replika yang dibuat oleh museum geologi Bandung dan sudah dipamerkan di Museum Wajakensis sejak beberapa tahun yang lalu.
Kemudian replika lainnya merupakan replika yang pada Desember 2022 dikirimkan oleh Museum Leiden Belanda untuk Pemkab Tulungagung, dengan model dan bentuk yang lebih mirip, dan kini masih disimpan di Pemkab Tulungagung.
Artikel Menarik Lainnya:
- Pameran Artefak Nabi Muhammad di Tangerang Tampilkan Tapak Kaki hingga Eksrak Keringat
- Masya Allah! 20 Artefak Peninggalan Nabi Muhammad Dibawa ke Tangerang, di Sini Lokasinya!
- Arkeolog Temukan Artefak Zaman Perunggu di Siberia, Diduga Dulunya Dipakai Jimat
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: