Keberadaan raksasa masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan hingga hari ini. Sosok bertubuh besar itu kerap dikisahkan dalam legenda ataupun cerita rakyat.
Tak sedikit yang menganggap raksasa hanya tokoh fiktif. Namun banyak pula yang percaya kalau raksasa memang pernah ada di muka Bumi.
Sains sendiri mengakui adanya raksasa melalui konsep lain yaitu 'gigantisme'. Selain itu banyak arkeolog arus utama juga tidak menerima temuan-temuan yang berupa sisa jejak raksasa kuno.
Salah satunya temuan mumi jari berukuran besar pada tahun 19198. Mengapa demikian?
Dikutip dari Mysteriesrunsolved, pada Maret 2012, sebuah berita yang mengejutkan diterbitkan oleh majalah terkenal Jerman Bild. Dalam majalah itu dikatakan sisa-sisa tubuh raksasa ditemukan di sebuah tempat di Mesir.
Temuan itu berupa mumi jari dari makhluk yang mirip manusia tapi berukuran jauh lebih besar. Jari raksasa tersebut memiliki panjang 38 sentimeter.
Disebutkan pula, kalau foto jari itu tertanggal 1988, tapi baru dipublikasikan pertama kali secara eksklusif kepada media Jerman pada 2012.
Foto jari raksasa itu diambil oleh seorang pengusaha Swiss yang menggemari sejarah Mesir Kuno, Gregor Spoerri.
Menurut cerita Spoerri, pada 1988, seorang pemasok benda bersejarah di Mesir membuat perjanjian dengan seorang penjarah makam kuno untuk saling bertemu.
Pertemuan itu terjadi di sebuah rumah kecil di Bir Hooker, ratusan kilometer dari Ibu Kota Kairo. Dimana dia kemudian diperlihatkan jari raksasa yang terbungkus kain itu.
Jari raksasa tersebut tampak aneh dan mengeluarkan bau busuk.
“Jika itu adalah jari, maka tampak agak aneh. Dipotong di tulang. Teksturnya, warna gelap, sesuatu yang tua dan busuk. Terkelupas ujungnya seperti kertas kusut, kuku jari masih utuh,” kata Spoerri.
Spoerri kemudian dibolehkan memegangnya dan mengambil gambarnya karena dia membayar senilai USD 300. Sebagai perbandingan ukuran, Spoerri memotretnya dengan selembar uang kertas, terlihat pula jari itu sangat kering dan ringan.
Spoerri mengatakan makhluk yang memiliki jari itu paling tidak tingginya mencapai 5 meter.
Baca juga: Berabad-abad Disembah Orang Jepang, Mumi Putri Duyung Berusia 300 Tahun Ternyata Palsu
Untuk membuktikan keasliannya, seorang penjarah makam memperlihatkan foto X-Ray mumi jari yang dilengkapi dengan sertifikat keaslian benda di tahun 1960-an.
Spoerri kemudian meminta si penjarah menjual benda itu, tetapi ditolak karena benda itu sangat berharga bagi keluarganya. Dengan kata lain, benda itu adalah harta karun keluarga.
Sehingga Spoerri harus pulang ke Mesir dengan tangan kosong. Ia pun hanya memiliki foto mumi jari itu.
Spoerri kemudian memperlihatkan foto itu kepada sejumlah museum tapi dia mendapat penolakan. Menurut Spoerri, semua mengatakan jari itu tidak sesuai dengan teori modern.
Pada 2009 Spoerri kembali mengunjungi Bir Hooker untuk mencari mumi jari raksasa itu tapi dia tidak menemukan si penjarah makam. Sejak itu Spoerri sangat tertarik mempelajari informasi tentang raksasa kuno.
Baca juga: Sebelum Dikurbankan kepada Dewa, Mumi Juanita Diberi Makan Mewah dan Minuman Beralkohol
Sementara itu, pada 79 Masehi, sejarawan Romawi Josephus Flavius menulis ras terakhir dari raksasa pernah hidup di masa kekuasaan Raja Joshua, tepatnya pada abad ke-13 sebelum Masehi.
Dia menulis, raksasa itu mempunyai tubuh besar dan wajah mereka tidak seperti manusia biasa. Suara mereka juga sangat keras dan menyeramkan, seperti raungan singa.
Ribuan tahun setelahnya, pada 2008 Spoerri berhenti dari pekerjaannya dan menerbitkan buku dengan judul "Lost God: Daya of Judgement".
Buku itu adalah sejarah mistik berdasarkan imajinasi Spoerri. Dia mengatakan tidak menulis buku itu dengan gaya ilmiah agar memberi kesempatan pembaca untuk menyimpulkan sendiri.
Begitupun dengan potret mumi jari raksasa di Mesir yang tidak punya basis ilmiah, selain hanya foto dan klim dari Gregor Spoerri.
Sehingga keberadaan raksasa di muka bumi belum bisa dipastikan sampai hari ini.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: