Ilustrasi kecerdasan buatan. (Photo/Vectezy)
Eksperimen baru menunjukkan bagaimana wajah yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan tidak dapat dibedakan dari wajah manusia yang sebenarnya.
Jika itu tidak cukup menarik (atau menakutkan), manusia yang terlibat dalam penelitian ini juga menemukan wajah yang dihasilkan Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan) lebih dapat dipercaya.
Ketika pemalsuan wajah menjadi lebih umum di jejaring sosial, pengawas dan kritikus mendesak para spesialis untuk memperhatikan bahayanya - terutama dalam kejahatan.
Para ilmuwan juga mendesak agar berhati-hati terhadap teks, audio, video, dan gambar yang disintesis AI yang digunakan untuk melakukan penipuan dan propaganda.
Studi ini diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences USA dan penulisnya Hany Farid, seorang profesor di University of California, Berkeley, dilansir Scientific American.
"Kami menemukan bahwa tidak hanya wajah sintetis yang sangat realistis, mereka dianggap lebih dapat dipercaya daripada wajah asli. (Padahal) wajah-wajah ini bisa sangat efektif bila digunakan untuk tujuan jahat," tulis Farid dalam penelitian itu.
Baca juga: Misteri Desa Hantu yang Terendam Bendungan Selama 30 Tahun Muncul Karena Kekeringan Waduk
Para ilmuwan melatih AI dengan serangkaian gambar yang mewakili wajah Hitam, Asia Timur, Asia Selatan, dan kulit putih dari pria dan wanita. Mereka kemudian menyusun 400 wajah asli dengan 400 versi sintetis pelengkap.
Berdasarkan model tersebut, mereka meminta tiga kelompok - pertama terdiri dari 315 orang, kedua terdiri dari 219 peserta, dan ketiga dengan 223 orang untuk mengidentifikasi palsu dari 128 pilihan gambar.
Kelompok pertama hanya perlu membedakan gambar asli dari yang palsu, sedangkan kelompok kedua menerima beberapa pelatihan tentang cara mengenali gambar palsu.
Kelompok ketiga menilai keandalan gambar palsu yang dihasilkan kecerdasan buatan pada skala 1 (sangat tidak dapat dipercaya) hingga 7 (sangat dapat dipercaya).
Hasilnya benar-benar mengejutkan. Kelompok pertama yang tidak mendapatkan pelatihan menunjukkan akurasi rata-rata 48,2%. Kelompok kedua (dengan pelatihan) mampu menemukan pemalsuan dengan akurasi 59%.
Sedangkan untuk kelompok ketiga yang dimaksudkan untuk menilai gambar, wajah yang dihasilkan Kecerdasan Buatan sintetis menerima peringkat rata-rata yang lebih tinggi 4,82 dibandingkan dengan 4,48 untuk orang sungguhan.
Meskipun ini tidak berarti semua gambar wajah yang dihasilkan kecerdasan buatan setara dengan wajah asli, hal ini menunjukkan seberapa dalam gambar palsu dapat dengan mudah disalahartikan sebagai gambar asli. Studi ini dianggap menakutkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan kejahatan dunia maya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: