Teks Proklamasi otentik yang diketik Sayuti Melik (Wikipedia)
Teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pertama kali oleh Ir. Soekarno -Presiden Republik Indonesia pertama- pada tanggal 17 Agustus 1945 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta Pusat.
Perumusan naskah teks proklamasi tidaklah sebentar. Butuh waktu cukup panjang bagi Ir. Soekarno bersama tokoh nasional lainnya seperti Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo untuk merumuskan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan sebaik-baiknya.
Bicara mengenai proklamasi, taukah kamu bahwasanya ada beberapa fakta penting seputar teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang belum banyak diketahui.
Dirangkum Indozone dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta penting terkait naskah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang #KAMUHARUSTAU:
Naskah teks proklamasi dirumuskan oleh tiga pemikir ulung yang juga merupakan tokoh perjuangan nasional Indonesia. Mereka adalah Ir. Soekarno (Bung Karno), Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta), dan Mr. Achmad Soebardjo.
Bung Karno menuliskan konsep proklamasi di atas secarik kertas. Sedangkan, Bung Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan.
Di tempat yang sama, dari golongan muda (Soekarni, B.M Diah, Sudiro, dan Sayuti Melik) menjadi saksi perumusan teks proklamasi tersebut.
Teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia disusun oleh Soekarno, Hatta, dan Soebardjo, di kediaman seorang perwira angkatan laut Kekaisaran Jepang, Laksamana Tadashi Meda, di Jalan Imam Bonjol No. 1, Jakarta Pusat.
Tepatnya di ruang makan rumah Laksamana Tadashi Maeda itulah perumusan naskah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia secara lengkap dilakukan.
Laksamana Maeda -sebagai tuan rumah- lalu undur diri ke kamar tidurnya di lantai dua saat momen bersejarah itu berlangsung.
Mengapa harus di rumah Laksamana Maeda? Ya, rumah Laksamana Maeda dipilih sebagai tempat penyusunan naskah teks Proklamasi karena Maeda sendiri yang memberikan jaminan keselamatan kepada Bung Karno beserta tokoh nasionalis lainnya.
Sikap Maeda awalnya terkesan aneh bagi orang-orang Indonesia ketika itu. Pasalnya, hanya dialah perwira Angkatan Laut yang selalu berhubungan dengan rakyat Indonesia.
Terlepas dari itu, sikap Maeda tersebut memberikan keleluasan kepada para tokoh nasionalis Indonesia untuk melakukan aktivitas maha penting demi masa depan bangsanya.
Kini, kediaman Laksamana Tadashi Maeda ditetapkan sebagai salah satu tempat bersejarah, dan menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Dari sejumlah sumber disebutkan bahwa ada dua jenis teks proklamasi. Pertama, teks proklamasi asli yang ditulis tangan Ir. Soekarno dan kalimatnya didikte oleh Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo.
Teks Proklamasi Klad itu ditulis di selembar kertas dari buku catatan berwarna putih. Ukuran panjang 25,8 cm, lebar 21,3 cm dan tebal 0,5 mm.
Dari dokumentasi Arsip Nasional RI, tampak ada dua coretan pada kalimat 'pengambilan' yang diubah jadi 'pemindahan'. Lalu kedua, coretan kata 'diusahakan' menjadi 'diselenggarakan'.
Sementara itu, jenis teks proklamasi kedua adalah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik, atau disebut teks Proklamasi Otentik.
Pada teks proklamasi otentik ketikan Sayuti Melik itu tertera tandatangan asli Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Sedangkan, teks proklamasi klad tidak ditandatangani.
Menurut beberapa sumber, teks proklamasi klad yang ditulis tangan oleh Soekarno rupanya sempat dibuang ke tempat sampah.
Beruntung, ketika itu ada B.M Diah yang menemukan dan lekas mengambilnya. Ia menyimpan teks proklamasi asli tersebut selama hampir 47 tahun. Hingga pada tahun 1992, teks proklamasi klad itu ia serahkan kepada negara.
Sampai hari ini, naskah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia asli yang ditulis tangan Ir. Soekarno itu tersimpan rapi di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Tak sekadar mengetik, Sayuti Melik berperan penting dalam pengubahan beberapa kata dan kalimat di dalam teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia, meliputi:
Sebelum dikumandangkan di hadapan rakyat Indonesia, naskah proklamasi sempat dibahas kembali oleh Bung Karno dengan para hadirin yang menunggu di rumah Laksamana Tadashi Maeda pada saat perumusan teks proklamasi.
Usai dibahas dan dibacakan di depan mereka, naskah proklamasi itu disarankan Bung Karno agar sama-sama ditandatangani oleh para hadirin (baik golongan tua maupun muda), selaku wakil-wakil bangsa Indonesia.
Hanya saja, usulan Soekarno ditentang oleh pihak pemuda yang tidak setuju jika tokoh-tokoh golongan tua ikut menandatangani naskah Proklamasi.
Sukarni dari golongan muda lalu mengusulkan agar naskah Proklamasi yang sudah diketik oleh Sayuti Melik cukup ditandatangani Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Setelah ditandatangani, naskah Proklamasi pun hendak dikumandangkan. Sukarni memberitahu Bung Karno bahwa rakyat Jakarta dan sekitarnya telah diserukan untuk datang berbondong ke lapangan IKADA (saat ini ditempati oleh kawasan Monas).
Namun, hal itu lekas ditolak Soekarno. "Tidak, lebih baik dilakukan di tempat kediaman saya di Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup luas untuk ratusan orang," ujarnya.
"Untuk apa kita harus memancing-mancing insiden? Lapangan IKADA adalah lapangan umum. Suatu rapat umum, tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa militer, mungkin akan menimbulkan salah faham. Suatu bentrokan kekerasan antara rakyat dan penguasa militer yang akan membubarkan rapat umum tersebut, mungkin akan terjadi. Karena itu, saya minta Saudara sekalian untuk hadir di Pegangsaan Timur 56 sekitar pukul 10.00 pagi," demikian keputusan Soekarno.
Atas dasar keputusan itu, pembacaan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia pun dilangsungkan di kediaman Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta Pusat.
Hari Kemerdekaan Indonesia jatuh pada tahun 1945, namun mengapa yang tertulis pada teks Proklamasi adalah tahun 05, ya?
Nah, ternyata penulisan tahun '05 yang tertera di teks proklamasi merupakan singkatan dari angka 2605 pada tahun penanggalan di zaman pemerintahan Jepang yang berlaku ketika itu.
Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 (tahun Masehi) atau tanggal 17 Agustus 2605 (menurut tahun Jepang) pukul 10.00 WIB.
Berikut isi teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, lengkap dengan pidato Proklamasi yang dibacakan oleh Ir. Soekarno:
"Saudara-saudara sekalian,
Saya telah minta saudara-saudara hadir disini untuk menyaksikan satu peristiwa mahapenting dalam sejarah kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjoang, untuk kemerdekaan tanah air kita bahkan telah beratus-ratus tahun! Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita.
Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-hentinya. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka, tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga sendiri, tetapi kita percaya kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil sikap nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarat dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami:
P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada suatu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita!
Negara merdeka, negara Republik Indonesia! Merdeka, kekal, abadi! Insya Allah Tuhan memberkati kemerdekaan kita ini."
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: