Ilustrasi tradisi slametan rumah baru. (kalbar.kemenag.go.id)
INDOZONE.ID - Membangun atau pindah ke rumah baru selalu membawa harapan dan semangat baru bagi pemiliknya. Di berbagai daerah di Indonesia, momen ini kerap dirayakan dengan tradisi slametan—sebuah ritual khas yang tak hanya menjadi simbol doa dan harapan.
Slametan tidak hanya tradisi, tapi juga bentuk ekspresi nilai lerigi, yaitu kepercayaan mendalam akan pentingnya kebersamaan dan perlindungan dari yang tak terlihat.
Pada dasarnya, slametan untuk rumah baru bertujuan agar rumah tersebut mendapat berkah, dijauhkan dari bahaya, dan selalu dipenuhi dengan kedamaian.
Prosesi ini biasanya melibatkan keluarga, tetangga, dan tokoh masyarakat. Mereka berkumpul, memanjatkan doa bersama, dan menyajikan berbagai hidangan tradisional yang memiliki makna simbolis.
Baca Juga: Tren Halloween di Indonesia, dari Tradisi Barat hingga Kreasi Lokal Populer dan Kreatif
Makanan yang dihidangkan sering kali dipilih dengan cermat—seperti nasi tumpeng yang melambangkan kesejahteraan, atau jajanan tradisional yang mewakili kebahagiaan dan kebersamaan.
Nilai lerigi dalam slametan rumah baru ini tampak dari ikatan sosial yang terbentuk dalam prosesnya. Melalui doa bersama, orang-orang turut memberikan restu dan harapan baik bagi penghuni rumah baru.
Bagi mereka yang percaya, prosesi ini adalah bentuk perlindungan dari pengaruh buruk yang mungkin ada di sekitar tempat tinggal baru. Dalam hal ini, slametan bukan hanya perayaan sederhana, tetapi juga cara komunitas mendukung anggotanya dalam memulai fase kehidupan baru dengan rasa aman dan damai.
Baca Juga: Mengulik Tradisi Belian: Metode Pengobatan Gaib Suku Talang Mamak dari Riau
Melalui slametan, pemilik rumah baru menyampaikan terima kasih kepada Sang Pencipta dan berharap agar rumah yang ditempati menjadi tempat berlindung yang nyaman bagi keluarga, sekaligus penuh kebaikan bagi siapa pun yang singgah.
Tradisi slametan seperti ini mengajarkan kita untuk selalu menjalin kebersamaan dan memulai sesuatu dengan niat baik, mengakar pada kepercayaan lokal dan memupuk nilai lerigi yang telah diwariskan turun-temurun.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: El Harakah: Jurnal Budaya Islam