Di sisi religius, Tradisi Manopeng memiliki makna yang dalam bagi keluarga zuriat Datu Mahbud.
Topeng-topeng yang digunakan dalam tradisi ini, dipercaya memiliki kekuatan gaib untuk menyembuhkan penyakit, termasuk penyakit pingitan yang sering menyerang keluarga mereka.
Kepercayaan ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tradisi, keyakinan, dan tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan upacara.
Sistem keyakinan yang berkembang di kalangan masyarakat Banyiur mencerminkan bagaimana nilai religius terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Keyakinan akan kekuatan magis topeng-topeng tersebut, tidak hanya dipegang oleh keluarga Datu Mahbud, tetapi juga mulai meresap ke dalam masyarakat luas.
Baca Juga: Legenda Kelam Ubasute di Jepang: Tradisi Buang Orang Tua di Hutan!
Itu menjadikan Tradisi Manopeng tidak hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya dan spiritual.
Emosi keagamaan juga terlihat dalam pelaksanaan tradisi ini. Meskipun penonton yang hadir tidak selalu memiliki ikatan religius kuat, ketertarikan mereka untuk menyaksikan Tradisi Manopeng menggambarkan rasa hormat terhadap warisan budaya.
Tradisi Manopeng di Jalan Banyiur, tidak hanya berfungsi sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Banyiur tidak hanya menghormati leluhur mereka, tetapi juga membangun hubungan yang harmonis antara individu dan komunitas.
Tradisi Manopeng menjadi simbol kekuatan spiritual dan sosial,yang terus hidup di tengah perubahan zaman.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Fitri, M., & Susanto, H. (2021). Nilai Sosial Religi Tradisi